Senin, 02 Juni 2014

Bangkitnya Kesadaran Lingkungan sebagai Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup


Bangkitnya Kesadaran Lingkungan sebagai Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup
Anis Tamamatunnisa

Abstrak
Lingkungan bagi makhluk hidup untuk dihuni sebaiknya aman dan nyaman. Seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan sehingga pembangunan dalam segala aspek kehidupan mulai dilaksanakan tanpa memikirkan lingkungan.  Hal ini menjadikan alam kehilangan keseimbangan sehingga mulai bermunculan masalah lingkungan. Masalah lingkungan yang merupakan dampak dari ketidakseimbangan lingkungan yang  pada akhirnya menggangu ritme kehidupan secara keseluruhan. Masalahnya adalah bagaimana membangkitkan kesadaran lingkungan sebagai langkah awal mewujudkan upaya pelestarian lingkungan sekitar. Pada saat kesadaran akan pentingnya melestarikan alam mulai tumbuh dalam benak manusia, maka keberlangsungan lingkungan hidup akan terjaga. Hal ini akan berpengaruh pada manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup didalamnya serta keseimbangan alam akan tetap lestari. Selain itu manusia dan alam akan berjalan seirama tanpa menimbulkan kerusakan bagi alam dan manusia. Sehingga manusia dapat hidup dengan aman dan nyaman seperti yang diharapkan.

Kata kunci: kesadaran, keseimbangan, lingkungan hidup, melestarikan.

I.         Pendahuluan
A.       Latar belakang
Hanya dalam lingkungan yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik, lingkungan akan berkembang ke arah yang lebih optimal. Hal ini menggambarkan keseimbangan alam yang harus dilestarikan. Dewasa ini masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait-mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multirantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem.
Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kemudian secara alami yang disebut homeostasi.
Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan bagi peristiwa-peristiwa lingkungannya. Mobilitas pertumbuhan manusia, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, faktor proses masa yang mengubah karakter dan pandangan manusia merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkungan saat ini, seperti pencemaran lingkungan, kerusakan sumber daya alam, banjir, dan sebagainya diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. Jadi, beralasan jika dikatakan di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia. Untuk menanggulanginya dengan permasalahan di atas, maka perlu ditangani dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi dan yang lainnya yang sangat strategis dalam pendekatan persoalan lingkungan hidup.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan bagaimana bangkitnya kesadaran sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup?
C.       Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan ini adalah mendeskripsikan bangkitnya kesadaran sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.
II.      Pembahasan
A.       Pengertian Lingkungan Hidup
Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan Millieu.
Menurut Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto (2004: 51-52) “ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut.”
Menurut Prof. Dr. Zoer’aini Djamal Irwan, M.Si (2010: 108) “lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.”
Menurut Soemirat (2005: 77) “lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar host, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang lain.”
Jadi, lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang di dalamnya terdapat hubungan kausalitas yang mempengaruhi makhluk hidup dan lingkungannya.
B.       Unsur-Unsur Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup disebut juga dengan lingkungan hidup manusia. Istilah ini biasa dipakai dengan lingkungan hidup, bahkan seringkali dalam bahasa sehari-hari disebut dengan lingkungan saja. Adapun unsur-unsur lingkungan hidup menurut Siahaan (2004: 13) sebagai berikut.
1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini digolongkan sebagai materi. Sedangkan satuan-satuannya disebutkan sebagai komponen.
2. Daya, disebut juga dengan energi.
3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi,
4. Perilaku atau tabiat,
5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada, dan
6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan jaringan kehidupan.
Menurut Soemarwoto (2005: 55) unsur-unsur lingkungan hidup adalah udara, air, keperluan rumah tangga, tenaga dan kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian.
Menurut Undang-Undang no. 4 tahun 1982, unsur-unsur lingkungan hidup terdiri dari unsur biotik, unsur abiotik dan unsur sosial budaya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa unsur-unsur lingkungan hidup merupakan unsur-unsur alam yang hidup, mati maupun cipta, rasa dan karya manusia yang saling berhubungan satu sama lain.
C.       Wujud-Wujud Masalah Lingkungan
1.    Awal Masalah Lingkungan
Setiap kegiatan manusia baik dalam riak kecil maupun dalam riak yang lebih besar selalu akan mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia tidak akan lepas pula dari pengaruh lingkungan, baik yang datang dari alam sekitarnya (fisik maupun nonfisik), dari hubung antar individu ataupun antarmasyarakat.
Hubungan pengaruh timbal balik berlangsung sedemikian rupa dalam batas-batas keseimbangan. Selama interaksi manusia dengan berbagai subsistem atau komponen-komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-batas keseimbangan yang disebutkan tadi, selama itu pula lingkungan disebut serasi (harmonis). Tetapi, bilamana muncul gangguan interaksi antara manusia dengan lingkungannya disebabkan batas-batas kemampuan salah satu subsistem sudah terlampaui, tidak seimbang, maka lingkungan itu akan menjadi tidak serasi atau tidak harmonis.
Di sinilah timbul masalah-masalah lingkungan. Dengan demikian, masalah lingkungan timbul sebagai akibat timbulnya salah satu kondisi seperti melampaui kemampuan suatu komponen, adanya ketidakseimbangan diantara komponen, terganggunya fungsi komponen atau sama sekali tidak berfungsi seperti biasanya.
2.    Perkembangan Masalah Ekologi dan Lingkungan
Prof. Emil Salim (dalam Siahaan, 2004: 27) “mengamati masalah lingkungan yang kini tampil sebagai dua hal utama yakni dengan adanya perkembangan teknologi serta ledakan penduduk.”
Perkembangan teknologi telah berhasil membawa manusia untuk menaklukkan dan merajai bumi dan seluruh jagat raya, menginjakkan kaki di planet jauh dan menempatkan pesawat angkasa luar di bulan, menambah produktivitas dengan berlipat ganda, serba segera (instant), dan lain sebagainya.
Kemajuan-kemajuan tersebut berbarengan dengan semaki meningkatnya perubahan-perubahan terhadap lingkungan hidup. Meningkatnya jumlah penduduk juga memicu  timbulnya berbagai ketimpangan atau ketidakseimbangan karena manusia menyerbu sumber-sumber kebutuhan yang ada di bumi.
Masalah lingkungan telah menyusup dalam berbagai bentuk dan variasi, lalu membawa rentetan akibat kepada ekosistem-ekosistem lainnya secara meluas.bukan saja pada tingkat lokal, daerah, atau sbagian negara, namun juga telah meluas secara trans-nasional, yakni ke tingkat regional dan global. Kini, masalah lingkungan telah menjadi masalah internasional yang sangat populer dan mendesak.
Adapun bentuk dan variasi rentetan masalah lingkungan itu dapat digambarkan sebagai berikut.
a)    Pencemaran  (pollution)
Menurut J. Barros dan D.M. Johnston (dalam Siahaan, 2004: 29) pencemaran yang kini dirasakan berbarengan erat dengan teknologi mekanisme, industrialisasi dan pola-pola hidup yang mewah dan konsumtif. Masalah pencemaran timbul bilamana suatu zat atau energi dengan tingkat konsentrasi sedemikian rupa hingga dapat mengubah lingkungan, baik langsung atau tidak langsung, dan pada akhirnya lingkungan tidak lagi berfungsi sebagaimana fungsinya.
Timbulnya pencemaran tentu saja erat kaitannya dengan berbagai aktivitas manusia, antara lain berupa kegiatan-kegiatan industri, kegiatan pertambangan, kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya.
Tingkat pencemaran secara global menurut ozon (dalam Siahaan, 2004: 30) dapat terlihat melalui data-data berikut. “Pada tahun 2000 emisi meningkat 18,1% di atas Tingkat tahun 1990 di Amerika Serikat, 10,7% di Jepang, 12,8% di Kanada, dan 28,8% di Australia. Tingkat konsentrasi CO2 di udara 30% lebih tinggi dewasa ini dibandingkan dengan pada masa praindustri, meningkat dari 281 ppm pada tahun 1800 menjadi 327 ppm pada tahun 1972, 356 ppm pada tahun 1992 dan 367 ppm pada tahun 2002. Tahun 1990-an merupakan dekade terpanas. Jika keadaan ini berlangsung terus, pakar lingkungan memperingkatkan bahwa suhu akan naik rata-rata 5,8 derajat Celcius pada tahun 2010.”
Tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi di atas akan mempengaruhi kondisi konsumsi air minum sehat yang diperlukan setiap orang. Tercatat  bahwa sekitar 1,2 milyar manusia meminum air yang tercemar. Ratusan juta petani mengalami penderitaan karena pencemaran dari pabrik terhadap sawah ladang dan ternaknya. Ratusan kasus penyakit terkait dengan air menyebabkan Kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahun. Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak dari orang yang terbunuh dalam perang di seluruh dunia. Hasil sebuah studi di pemerintah Amerika Serikat menemukan data penyakit kanker di wilayah industri tenaga nuklir. Ada 91 kasus dari 22 tipe kanker yang berbeda di 14 tempat di mana terdapat fasilitas senjata nuklir.
Menurut WHO bahwa 25% dari faktor kesehatan buruk disebabkan oleh masalah lingkungan, termasuk karena bahan beracun berbahaya (B3). Di AS, kanker, termasuk tumor otak dan leukemia, meningkat 1% per tahun dan menjadi penyebab urutan kedua kematian bagi anak-anak berusia 1-14 tahun. Angka kanker testis meningkat 3 kali, kanker prostat 2 kali dan jumlah sperma menurun hingga 50% di antara orang Eropa dan Amerika Serikat sejak tahun 1950. Kanker payudara menyerang satu dari delapan orang di negara-negara maju pada tahun 1993, di bandingkan 1 dari 20 orang pada tahun 1960.
b)      Timbul berbagai penyakit
ketika industri sedang mulai tumbuh tahun 1950-an, timbul pencemaran di Teluk Minamata di pulau Kyushu, Jepang, dari limbah pabrik kimia. Kemudian pada tahun 1959, teridentifikasi suatu penyakit aneh dari penduduk di sekitar pantai Minamata berupa lemahnya otak, gangguan fungsi otak, kelumpuhan, hilangnya penglihatan, pela-pelan menjadi koma dan kemudian mati. Ternyata penduduk di sekitar teluk mengkonsumsi ikan yang tercemari limbah metilmerkuri dan limbah pabrik yang mengandung Hg. Penyakit ini disebut penyakit Minamata. Penyakit serupa terjadi lagi di Nigata pada tahun 1964-1965 di sebuah pantai di bagian utara Tokyo. Pantai itu merupakan muara sungai Agano yang mengandung limbah pabrik.
Apabila disimak ternyata tidak selamanya industri atau teknologi menjadi alat pemuas bagi kehidupan, karena penderitaan sangat banyak berkembang dibaliknya.
Faktor utama penyebab wabah penyakit di atas adalah kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan.
Hutan sebagai habitat dan menyimpan berbagai spesies satwa dan tumbuhan, yang tadinya tertutup, kini terbuka dan kini habis ditebangi untuk berbagai konsumsi modern. Karena hutan sebagai habitat-habitat satwa sudah rusak, maka spesies satwa bermigrasi ke segala tempat, termasuk ke sekitar pemukiman manusia. Burung, babi hutan, monyet dan jenis primata lainnya yang banyak pula mengandung berbagai virus mematikan bagi manusia dan ragam-ragam hewan piaraan, berinteraksi dengan lingkungan pemukiman manusia, dan akhirnya virus ini berpindah ke tubuh manusia. Misalnya virus Sungai Nil Barat berhasil menyeberang ke Amerika dan Asia melalui migrasi burung.
c)      Pemanfaatan alam secara tidak terkendali
Masalah selanjutnya ialah rusaknya tata lingkungan alami. Hal ini merupakan dampak dari tingkah laku manusia yang mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya alam secara tidak seimbang. Disadari atau tidak, kenyataan ini dapat dilihat melalui praktek-praktek masyarakat, seperti penebasan hutan sampai gundul, penangkapan ikan laut sampai melampaui batas konservasinya, penggunaan alat-alat beracun dan peledak untuk menangkap ikan, berburu binatang liar, pola pertanian dengan sistem ladang berpindah.
Penyedotan air tanah meningkat menjadi 175% dalam 30 tahun terakhir untuk kegiatan pertanian. Industri pertanian menghabiskan 70% konsumsi air dunia, meningkat dari 1.850 km3 pada tahun 1970 menjadi 3.250 km3 pada tahun 2000. Jumlah penangkapan ikan global meningkat dua kali lipat dalam 35 tahun terakhir, mencapai 137 ton per hari. Akibatnya kapasitasnya menjadi menurun tajam karena penangkapan ikan berlebihan.
Masalah ini merupakan dampak yang kait-mengait satu dengan yang lainnya seperti dari kenyataan berikut ini: tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih mengungguli tingkat kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya, perkembangan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan taraf hidup, konsumerisme, masalah keterbatasan alam untuk diolah terutama sumberdaya-sumberdaya yang bersifat tidak dapat diperbarui.
3.    Bangkitnya Kesadaran Lingkungan
Menurut Otto Soemarto (2004: 41) “masalah lingkungan sudah ada sejak pertama kali bumi ini tercipta. Ahli ekologi ini menghubungkannya dengan kejadian yang dikisahkan dalam kitab Suci Injil dan Quran, di mana peristiwa air bah pada jaman Nuh adalah masalah lingkungan. Runtuhnya peradaban  Mesopotamia telah dinilai sebagai sebab dari masalah lingkungan, yaitu adanya proses salinasi yang tinggi dari sungai Tigris dan Euphrat, yang menyebabkan rusaknya lahan-lahan pertanian. Akan tetapi karena waktu itu tingkat frekuensi atau intensitas masalah tersebut belum banyak dan populer, maka masyarakat menganggap hal itu sebagai sesuatu yang kurang berarti.”
Namun dengan semakin majunya peradaban manusia, lebih-lebih setelah lahirnya revolusi industri di Inggris, maka mulailah masalah lingkungan dirasakan dan dibicarakan. Menurut David Burnie (2005: 10) “Pergerakan lingkungan modern bermula di awal 1960-an, dengan diterbitkannya sebuah buku laris berjudul Silent Spring.” buku tersebut, yang ditulis oleh Rachel Carson, seorang naturalis dan ekolog Amerika, memperingatkan pembacanya tentang dunia masa depan yang teracuni oleh pestisida sintetik. Dalam dunia itu, nyanyian burung hanyalah kenangan yang hampir dilupakan. Di mana nilai-nilai lama telah diserang, buku Carson menyebarkan pengaruh yang amat luas.Dasawarsa tahun 1970-an merupakan awal permasalahan lingkungan secara global dengan dilangsungkannya Konferensi Stockholm tahun 1972 yang membicarakan masalah lingkungan. Konferensi yang diselenggarakan PBB ini berlangsung dari tanggal 5-12 juni 1972, dan dihadiri oleh berbagai negara dan organisasi-organisasi internasional. Tanggal 5 Juni akhirnya ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pada tahun 1987 terbentuklah sebuah komisi dunia yang disebut dengan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang diketuai oleh Gro Harlem Brudtland yang melaporkan tentang masalah-masalah pembangungan dan lingkungan, yang lazim disebut Laporan Brudtland yang kemudian melahirkan konsep suistainable development, yang kita sebut dengan pembangunan berkelanjutan. Konsep ini diartikan sebagai pembangunan yang bertujuan memenuhi kebutuhan sekarang dengan tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam rangka tindak lanjut konsep ini, timbul pemikiran-pemikiran kritis berupa syarat atau kondisi terlaksananya konsep suistainable development. Diyakini banyak pihak bahwa tidak mudah melaksanakan konsep ini, terutama bila dikaitkan dengan bagaimana menghilangkan pertentangan lingkungan hidup dengan pembangunan.
Bangkitnya kesadaran manusia akan pentingnya keseimbangan alam dapat dikategorikan sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal ini terjadi karena ketika manusia sadar bahwa dirirnya hidup berdampingan dengan alam maka akan timbul pemikiran alam bawah sadarnya untuk menjaga dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam lingkungannya tanpa semena-mena.
D.    Analisis
Berbagai definisi yang diungkapkan telah menjelaskan secara gamblang apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai ruang yang dimana makhluk hidup berinteraksi satu sama lain serta berinteraksi dengan lingkungannya. Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan hidup saling berkaitan satu sama lain yakni unsur biotik, unsur abiotik dan unsur sosial budaya. Ketika salah satu unsur ada yang rusak atau fungsinya tidak berjalan sebagaimana seharusnya, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu. Hal ini berdampak pada makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungan itu sendiri.
Berbagai permasalahan lingkungan yang bermunculan pada dasawarsa terakhir. Sehingga akhirnya manusia mulai sadar bahwa alam memiliki keterbatasan dalam memperbaiki dirinya sendiri hingga pada batas tertentu. Manusia melakukan upaya pelestarian lingkungan sebagai aksi dari upaya tersebut. Hal ini dilakukan manusia setelah sekian waktu terlena dalam fatamorgana pembangunan,  yang implikasinya membuat manusia semakin maju tetapi pembangunan itu tidak berwawasan lingkungan. Hingga akhirnya pembangunan yang digadang-gadangkan bukannya membawa manfaat tapi justru membawa kerusakan bagi lingkungan.
Begitu pentingya bangkitnya kesadaran lingkungan sebagai langkah awal dalam upaya melestarikan lingkungan yang dilanjutkan dengan melakukan berbagai tindakan-tindakan konkret untuk menjaga kelestarian alam. Pada saat kesadaran akan pentingnya melestarikan alam mulai tumbuh dalam benak manusia, maka keberlangsungan lingkungan hidup akan terjaga. Hal ini akan berpengaruh pada manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup didalamnya serta keseimbangan alam akan tetap lestari. Selain itu manusia dan alam akan berjalan seirama tanpa menimbulkan kerusakan bagi alam dan manusia. Sehingga manusia dapat hidup dengan aman dan nyaman seperti yang diharapkan.
III.   Penutup
A.  Simpulan
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang di dalamnya terdapat hubungan kausalitas serta mempengaruhi makhluk hidup dan lingkungannya. Masalah-masalah lingkungan hidup tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi dan keserakahan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Secara bertahap, proyek-proyek serta industri yang dikembangkan dengan bentuan teknologi membuat lingkungan tidak stabil dan akhirnya memicu permasalahan yang imbasnya tidak hanya pada lingkungan tempat manusia bernaung, tapi juga pada manusia. Perlahan mulai muncul berbagai organisasi serta aksi yang mengusung kelestarian alam. Hingga kini organisasi-organisasi tersebut berjalan dengan konsep suistainable development.
B.     Saran
Penyusun menyadari bahwasanya  dalam penyusunan makalah ini masih memerlukan penyempurnaan di sana-sini, namun semoga hal itu tidak mengurangi kemanfaatannya bagi pembaca. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini menjadi motivasi bagi lahirnya suatu aktivitas yang lebih mendekatkan kita kepada Sang Maha Pencipta dalam mengemban tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.


DAFTAR PUSTAKA
Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Pent. Damaring Tyas Wulandari. Jakarta : Erlangga
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Erlangga.
Soemarwoto, Oto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Soemirat, Juli. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI YANG TIDAK BERPIHAK PADA PETERNAK SAPI

http://www.iaincirebon.ac.id/




DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Deskripsi Masalah........................................................................................ 2
C.     Profil Organisasi.......................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A.    Studi Kasus.................................................................................................. 4
BAB III: PENUTUP............................................................................................. 9
A.    Simpulan...................................................................................................... 9
B.     Rekomendasi............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin mengatur berbagai aspek kehidupan. Aturan tersebut tercantum al Quran, hadits, ijma’ dan qiyas yang mengatur hubungan bermasyarakat, hukum, sistem perekonomian dan bahkan sampai mengatur pada hal-hal yang sepele. Seiring perkembangan zaman, perkembangan ekonomi tak bisa terelakkan dengan adanya teknologi informasi dan arus globalisasi pada dasawarsa terakhir begitu luwes masuk tanpa bisa dicegah. Bahkan teknologi informasi secara langsung maupun tidak langsung kemudian mempercepat arus globalisasi. Perkembangan ekonomi ini biasa disebut dengan neoliberalism yang merupakan puncak pelaksanaan 10 kebijakan Washington Consensus. Neoliberalisme di Indonesia bahkan telah merasuki hampir seluruh sistem perekonomian. Di sisi lain, Indonesia setelah memasuki era reformasi melalui amandemen UUD 1945 yang tetap mengusung asas demokrasi ekonomi, dimana badan usaha yang berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi adalah koperasi.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat. Hal ini dikarenakan melalui koperasi masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang no 17 tahun 2012 Bab II Pasal 4 bahwa: “Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.
Berdasarkan observasi di desa Cisantana, kecamatan Cigugur, Kuningan, diperoleh gambaran mengenai salah satu koperasi yang bergerak di bidang peternakan sapi perah yakni Koperasi Saluyu. Setelah melakukan observasi, ditemukan bahwa dalam koperasi secara konseptual sudah berjalan. Akan tetapi dalam proses pendistribusian, terjadi penindasan secara struktural, dimana peternak tidak dapat menentukan dan tidak memiliki daya tawar terhadap koperasi atas penjualan susu sapi perahnya. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan faktor yang mengakibatkan koperasi berjalan secara konseptual adalah dominasi investor luar terhadap pengelolaan koperasi sehingga terjadi permainan harga yang menindas peternak.
B. Deskripsi Masalah                                   
Berdasarkan observasi di desa Cisantana, permasalahan yang timbul di koperasi adalah koperasi belum bisa mewujudkan cita-cita idealnya untuk mensejahterakan anggotanya, karena terdapat koperasi yang merupakan perkumpulan modal, bukan perkumpulan orang. Koperasi belum bisa menjalankan tiga rantai ekonomi, yaitu perniagaan mengumpulkan, perantaraan dan membagikan. Ketika sistem ekonomi hanya berputar pada kepentingan perdagangan dan menegasikan kepentingan perniagaan dan pengumpulan maupun membagikan, maka yang terjadi adalah penumpukan kekayaan pada titik perniagaan perantaraan dan permainan harga yang terjadi di koperasi. Sehingga koperasi hanyalah kedok dari tengkulak yang bermain didalamnya yang justru menindas anggotanya meskipun tidak disadari oleh mereka. Selain itu dominasi dari investor luar menjadi pemicu semakin tidak berdayanya peternak dihadapan koperasi karena koperasi memberikan pinjaman untuk memulai peternakan sapi perah serta pembelian pakan ternak yang harganya relatif mahal dan hanya bisa didapatkan melalui koperasi, sehingga ketergantungan peternak terhadap koperasi tak ubahnya ketergantungan petani kepada tengkulak atau bakul.
C.  Profil Organisasi
        Koperasi saluyu berdiri tahun 2006, ketika koperasi Dewi Sri pailit dan bubar. Koperasi Saluyu pada awalnya merupakan sebuah kelompok peternak yang bernama “Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu”. Anggota Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu awalnya adalah anggota KUD Dewi Sri Bahagia Kuningan yang mencari pakan ternak sapi dikarenakan pada waktu itu KUD tidak mampu memberikan pelayanan kepada anggotanya terutama pakan ternak sapi yang merupakan kebutuhan pokok sapi untuk bisa manghasilakan susu.
        Beberapa peternak berinisiatif mencari pakan jadi sapi ke Cirebon dan bertemu dengan Pabrik Makanan Ternak KPBS Pangalengan Bandung yang berkedudukan di Cirebon.
Awalnya hanya hubungan dagang antara penjual dan pembeli pakan ternak, tetapi kemudian berkembang menjadi hubungan kemitraan dalam penjualan susu hasil produksi anggota kelompok.
Sejak saat itu Koperasi Saluyu menjadi salah satu tumpuan para peternak sapi perah dalam memasarkan susu murni hasil produksinya dan sangat dirasakan manfaatnya dikarenakan sebelum ada Koperasi Saluyu anggota tidak bisa berbuat banyak untuk mendapatkan kenaikan harga susu dari KUD Dewi Sri tetapi dengan adanya Koperasi Saluyu harga susu beberapa kali mengalami kenaikan.
Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu berubah menjadi Koperasi Saluyu pada tahun 2008 dengan Nomor Badan Hukum 01/BH/KDK/10-18/IX/2008.
Dalam melayani anggotanya, Koperasi Saluyu memiliki 3 unit usaha yaitu :
     1. Penjualan susu murni sapi perah
     2. Pabrik Pakan ternak
     3. Simpan pinjam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Study Kasus
Desa Cisantana terletak di lereng gunung Ciremai, tepatnya di kecamatan Cigugur, Kuningan. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Cisantana adalah peternak. Berbagai macam jenis hewan yang diternakkan oleh peternak diantaranya ayam, babi, sapi daging dan sapi perah. jumlah sapi perah yang ada di Cisantana mencapai 3000 ekor. Sementara dari satu ekor sapi, peternak bisa dapatkan 10-15 liter susu sapi perah, susu-susu tersebut dikumpulkan di tempat penampungan susu  (TPS) yang ada di tiap-tiap dusun. pengumpulan susu-susu di tiap TPS akan peternak jual ke koperasi (dalam perspektif psikologi sosial, koperasi adalah bentuk perilaku sosial kelompok yang kepemilikan batas profesi sebagai peternak) yang dekat dengan wilayah tempat tinggal mereka dengan harga yang sangat bergantung dari kualitas susu yang didapatkan.
Harga satu liter susu bervariasi tergantung dari tingkat kadar air yang ada didalamnya. Jika susu memiliki kadar air yang tinggi, maka dapat dipastikan harga susu tersebut rendah, begitupun jika kadar airnya rendah, maka harganya akan tinggi. Koperasi membuat tiga tingkatan harga, kategori bagus Rp. 3.500,- perliter, kategori sedang Rp. 3.000,- Rp. 3.200,- perliter, dan kategori rendah dengan harga Rp. 2.900,-. Tidak jarang peternak harus membuang susu sapi, dikarenakan koperasi tidak menerima dengan alasan kualitas susu jelek.
Pemeliharaan sapi perah dapat dikatakan harus telaten, karena kebersihan kandang harus terjaga, pemberian pakannya pun harus memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus agar menghasilkan susu yang berkualitas. Sehingga persepsi yang muncul adalah hasil yang baik dari penjualan susu ke koperasi karena pola pemeliharaan sapi yang baik pula. Atau ringkasnya apa yang kita panen adalah apa yang kita tanam.
Pakan yang  diberikan pada sapi-sapi tersebut berupa dedek, ampas tahu, singkong, bungkil kelapa, dan jerami tiap dua kali sehari.  Harga jerami seikat senilai Rp 10.000, satu karung ampas tahu senilai Rp 35.000 sehingga tiap bukan mereka harus mengeluarkan modal untuk pembelian pakan sebesar Rp 2.000.000 tiap bulan untuk empat ekor sapi. Pakan yang tidak bagus dapat diperoleh dengan harga Rp. 2.100,- perkg, sedang yang bagus sekitar Rp. 2.300,- per kilogram, yaitu pakan dengan oplosan/campuran bungkil kelapa. Satu kilogram pakan yang dimakan oleh sapi, akan menghasilkan satu liter susu, namun ini kembali ke kwalitas pakan, kadang susu yang dihasilkan kurang dari satu liter karena pakan yang dikonsumsi sapi adalah pakan oplosan yang jelek. Biaya tersebut belum termasuk pakan lainnya berupa singkong dan vitamin serta suntikan yang rutin diberikan agar sapi tetap sehat.
 Sesuai dengan pepatah, “apa yang ditanam itulah yang dituai”. Kwalitas hasil susu tergantung dari kwalitas pakan yang dipergunakan. Teori behavioristik berperan disini, dimana peternak mendapatkan hasil dari apa yang mereka lakukan sebelumnya.pada awalnya koperasi yang menjadi tumpuan harapan mereka untuk menjual hasil susu perah mereka hanya koperasi dewi sri. Hingga saat ini koperasi yang sudah ada di desa cisantana ada 3 yaitu, koperasi karya nugraha, koperasi larasati (berada di wilayah cipari) dan koperasi saluyu (berada di daerah pasir). Selanjutnya koperasi-koperasi tersebut akan menjual susu sapi ke perusahaan-perusahan seperti indomilk, susu ultra, dan yang lainnya dengan harga Rp. 4.600,- perliter.
Proses penjualan susu oleh peternak kadang tidak konsisten, artinya terkadang masih ada peternak yang menjual susu diluar keanggotannya (misalnya dia sebagai anggota koperasi di saluyu, namun menjual hasil susu ke koperasi larasati atau karya nugraha), padahal koperasi sangat menginginkan anggota yang selalu konsisten –jika sudah menjadi anggota koperasi saluyu, maka ia seharusnya menjual hasil susu ke koperasi saluyu-, tapi peternak kadang mencermati perbandingan, jika harga yang ditawarkan koperasi lain lebih tinggi, maka dia akan memilih penawaran yang lebih tinggi tersebut, padahal seharusnya mereka konsekuen untuk memajukan koperasi, karena koperasi tidak memiliki wewenang untuk melarang peternak mau menjual hasil susu ke koperasi manapun, bahkan mereka bisa ikut serta di ketiga koperasi yang ada di kabupaten kuningan.
Berbicara masalah harga, pak kardi mengatakan bahwa yang mematok harga itu adalah industri, namun terkadang juga masalah tersebut disebabkan karena adanya persaingan bisnis, bahkan terkadang masalah itu timbul karena masing-masing koperasi saling menjatuhkan -persaingan usaha-.
Koperasi saluyu saat ini memiliki 16 kelompok, salah satunya berada di daerah majalengka. Proses penjualan susu dimulai dari penampung di posko tiap kelompok, diukur berat jenis dan literannya, yang selanjutnya akan dibawa oleh mobil pick up ke koperasi untuk proses pendinginan. Susu sapi yang belum didinginkan akan tahan selama 1,5 jam, maksimal 2 jam. Langkah selanjutnya susu akan dikirim ke industry jika sudah mencukupi 1000 liter –maka susu akan dikumpulkan agar tangki berisi penuh-, hasil susu yang diperoleh pengepul pagi hari berkisar 400 liter, siang 300 liter, sehingga koperasi harus menunggu susu yang akan disetor besok pada pagi hari –untuk mencukupi volume tangki-. Perusahaan tidak punya batas waktu penerimaan susu. Mobil yang digunakan untuk mengirim susu adalah mobil tangki yang sudah dilapisi double wall seperti termos, jadi jika dibawa ke jakarta maka akan tetap dingin, jika cuaca panas maka kenaikan hanya sampai 2 derajat.
Kandungan susu sapi yang diperikasa terdiri dari lemak, SNF (solinolfat), protein, TPC (total flacton). Kandungan yang harus ada pada susu berdasarkan standar nasional indonesia (sni) adalah 3,3, memiliki kandungan TPC maksimal sejuta, total solid seharusnya 11,3 sedang di koperasi saluyu saat ini masih 11,8 atau 12. Saat ini koperasi memiliki mmp di cipager, yang memiliki usaha pensterilan susu (pasterilisasi). Untuk memperoleh susu sapi dengan daya tahan yang agak lama, maka koperasi harus memasukkan ke cooling dengan suhu maksimal 4 derajat. Disini terjadi perubahan sosial karena adanya pengetahuan mengenai proses pengolahan susu. Koperasi saluyu mensupply susu ke jakarta, kadang juga ke bandung –jika ada permintaan-, susu yang disimpan, disteril lalu dijual. Namun koperasi juga menyediakan susu untuk konsumen selain dari industri langganan.
Harga susu dari koperasi ke industri sekitar Rp. 3.700,-, jika ada konsumen yang mau membeli susu dengan eceran, maka koperasi menawarkan harga Rp. 5.000,- perliter. Misalnya suatu industry ingin membeli susu sebanyak 1000 liter, maka koperasi bisa memberikan discount –pengurangan harga-. Koperasi sampai saat ini masih menjalin kerjasama dengan industri pakan, pakan dari koperasi di supply ke peternak, yang nantinya setiap akhir bulan dipotong koperasi sesuai dengan harga susu yang telah mereka setorkan, sehingga yang mereka peroleh adalah keuntungan bersih yang tak pelak juga terkadang mereka harus nombok untuk bayar pakan. Terjalinnya kerjasama antara industri pakan, koperasi dan peternak merupakan kontrak sosial. Pakan sebenarnya bisa di produksi sendiri khususnya oleh koperasi, namun saat ini koperasi terbentur pada modal. Sehingga yang mengurusi pakan diserahkan pada industri perorangan, dimana pakan juga memiliki kategori kwalitas, pakan memiliki 8 campuran, namun untuk kwalitas yang sedang memiliki 7 campuran, diantaranya dedek, bungkil kacang, polar, sisa kue yang sudah rusak, dan lainnya.
Jika kualitas pakan bagus, maka kualitas susu yang dihasilkan juga bagus, tapi terkadang ada yang tidak bagus, umpamanya sapi terserang penyakit, penyakit yang biasa diderita sapi adalah umumnya di pencernaan, misalnya kembung. Selanjutnya masalah faktor yang menyebabkan susu kena bakteri sehingga harga menurun adalah karena kebersihan kandang yang tidak terkontrol, keadaan sapi, kebersihan orang yang memeras dan kebersihan alat yang digunakan dalam memeras.
Hasil lab di koperasi dan alat ukur berat jenis yang ada di pengepul tidak bisa mengecek adanya bakteri, hanya mampu melihat kandungan yang ada didalamnya, misalnya lemak, protein, snf dan yang lainnya. Sedangkan pihak yang bisa memeriksa ada atau tidaknya kandungan bakteri di dalam susu adalah industri, dengan sistem kategorisasi harga jika bakterinya banyak maka harganya rendah.
Pekerjaan sebagai peternak bahkan pengurus koperasi juga merasa kecewa dengan keadaan yang mereka hadapi sekarang, mereka hanya mampu bergumam “sudah seperti itu, mau gimana lagi, sekarang susah mencari pekerjaan lain”. Koperasi saluyu juga membagikan sisa hasil usaha (SHU) diakhir tahun kepada para anggotanya.
Koperasi saluyu berdiri tahun 2006, ketika koperasi dewi sri pailit dan bubar. Sekarang pemerintah tidak berpihak kepada petani maupun peternak, contohnya pada bidang pertanian, buah kesemek sudah tidak banyak kita temui lagi, karena kalah bersaing dengan buah import. Padahal kalau kita bandingkan buah pir dengan buah kesemek malah lebih enak buah kesemek, tapi malah yang lebih disukai masyarakat saat ini adalah buah pir, karena salah satu kendalanya juga adalah kesulitan menemukan buah kesemek. Selanjutnya contoh lain adalah sayur yang saat ini sudah mulai import. Sekarang indonesia merupakan negara yang memiliki harga susu termurah di dunia, 13 persen kebutuhan di indonesia di pasok dari hasil susu. Kalau pada tahu sebelumnya masih berkisar 20 persen. Banyak peneliti yang telah turun untuk mengetahui dan mencari solusi untuk petani dan peternak khususnya peneliti dari perguruan tinggi, namun tidak ada yang pernah didengar oleh pemerintah.
Perkembangan koperasi saluyu terbentur di modal. Dari anggota cuma ada simpanan pokok dan simpanan wajib (20.000). Sejarah terbentuknya koperasi saluyu dimulai dari pailitnya koperasi dewi sri. Tahun 70an perkembangan sapi relatif bagus, tapi karena koperasi dewi sri punya keinginan untuk memiliki peternakan sendiri (koloni), sehingga koperasi membeli ternak dari uang yang ada, sehingga uang susu ke koperasi tidak bisa terbayar. Selanjutnya koperasi saluyu mengurus petani yang tidak mau ke karya nugraha atau ke larasati. Koperasi saluyu memiliki jadwal pembinaan buat peternak, tetapi kalau harga susu tidak naik, maka peternak jadi males atau lesu. Karena saat ini selisih susu dengan pakan hanya Rp. 500,-. Padahal seharusnya 1 liter susu harus dapat membeli dua kilo pakan.
Salah satu alasan penduduk desa cisantana mampu bertahan menjadi peternak sapi adalah akan mendapatkan keuntungan dari sisa pakan sekitar Rp. 200.000,- perbulan dan keuntungan yang menurut mereka paling menjanjikan adalah dari anak sapi yang dihasilkan. Namun untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya, tidak sedikit dari mereka bekerja sebagai petani ataupun buruh bangunan. Sehingga dari hasil jerih payah, anak-anak mereka mampu melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan sekarang sudah memiliki penghasilan. Sebagian besar anak-anak mereka tidak mengikuti jejak orangtua sebagai peternak, kebanyakan tertarik dan memilih jurusan keperawatan. Teori gelstat dan kognitif berperan disini.





BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Desa Cisantana memiliki begitu banyak potensi SDA yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan desa Cisantana, namun keberpihakan pemerintah desa belum ada sehingga menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya merugikan kepentingan bersama. Permasalahan mahalnya pakan membuat produksi susu menurun serta kualitasnya kurang baik sehingga diperlukan adanya penanganan bersama agar tercapai tujuan bersama.
B. Rekomendasi
Berdasarkan teori yang saya dapat, saya merekomendasikan berdasarkan teori intevensi dalam skala mezzo, dimana perubahan atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan baik bila melalui partisipasi aktif dari masyarakat lokal. Sehingga masyarakat bisa berpartisipasi aktif untuk membuat koperasi berbasis peternak, dimana pengurus serta anggotanya adalah peternak dan warga lokal, jangan memberikan peluang bagi investor-investor dari luar ikut campur dalam penanganan administrasi maupun pengelolaan hasil susu sapi perah. Selain itu, cara pendistribusian dari koperasi sebaiknya diolah dan dikemas dalam bentuk yang lebih menarik sebelum dijual ke konsumen. Misalnya susu diolah menjadi keju, mentega dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Pemerintah desa pun sebaiknya mulai memperhatikan kesejahteraan peternak, karena hal tersebut dapat menjadi indikator keberhasilan pemerintah desa dalam mengurus persoalan yang melingkupi desa Cisantana. Pemerintah desa menerapkan kebijakan yang berpihak bagi kemajuan peternak, baik dari subsidi untuk pakan ternak, perhatian terhadap ternak-ternak dengan pemeriksaan rutin, maupun mempermudah akses bagi kelancaran koperasi yang propeternak sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta: Refika Aditama.