Bangkitnya Kesadaran
Lingkungan sebagai Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup
Anis Tamamatunnisa
Abstrak
Lingkungan bagi makhluk hidup untuk dihuni sebaiknya
aman dan nyaman. Seiring perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
sehingga pembangunan dalam segala aspek kehidupan mulai
dilaksanakan tanpa memikirkan lingkungan.
Hal ini menjadikan alam kehilangan keseimbangan sehingga mulai bermunculan
masalah lingkungan. Masalah lingkungan yang merupakan dampak dari
ketidakseimbangan lingkungan yang pada
akhirnya menggangu ritme kehidupan secara keseluruhan. Masalahnya adalah
bagaimana membangkitkan kesadaran lingkungan sebagai langkah awal mewujudkan
upaya pelestarian lingkungan sekitar. Pada saat kesadaran akan pentingnya
melestarikan alam mulai tumbuh dalam benak manusia, maka keberlangsungan
lingkungan hidup akan terjaga. Hal ini akan
berpengaruh pada manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup didalamnya serta
keseimbangan alam akan tetap lestari. Selain itu manusia dan alam akan berjalan
seirama tanpa menimbulkan kerusakan bagi alam dan manusia. Sehingga manusia
dapat hidup dengan aman dan nyaman seperti yang diharapkan.
Kata kunci: kesadaran, keseimbangan, lingkungan
hidup, melestarikan.
I.
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Hanya
dalam lingkungan yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya
dengan manusia yang baik, lingkungan akan berkembang ke arah yang lebih
optimal. Hal ini menggambarkan keseimbangan alam yang harus dilestarikan.
Dewasa ini masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius.
Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau
dua segi saja, tetapi kait-mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki
multirantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem.
Pada
mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses
natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan
itu sendiri dan dapat pulih kemudian secara alami yang disebut homeostasi.
Akan
tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang
semata-mata bersifat alami karena manusia memberikan faktor penyebab yang
sangat signifikan bagi peristiwa-peristiwa lingkungannya. Mobilitas pertumbuhan
manusia, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, faktor
proses masa yang mengubah karakter dan pandangan manusia merupakan faktor yang
lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh
karena itu, persoalan-persoalan lingkungan saat ini, seperti pencemaran
lingkungan, kerusakan sumber daya alam, banjir, dan sebagainya diyakini
merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor
manusia itu sendiri. Jadi, beralasan jika dikatakan di mana ada masalah lingkungan
maka di situ ada manusia. Untuk menanggulanginya dengan permasalahan di atas,
maka perlu ditangani dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, psikologi dan yang lainnya yang sangat strategis dalam pendekatan
persoalan lingkungan hidup.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan bagaimana bangkitnya
kesadaran sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan ini adalah mendeskripsikan bangkitnya
kesadaran sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.
II.
Pembahasan
A.
Pengertian Lingkungan
Hidup
Istilah
lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam
bahasa Belanda disebut dengan Millieu.
Menurut
Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto (2004: 51-52) “ruang yang ditempati suatu makhluk
hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup didalamnya disebut lingkungan
hidup makhluk tersebut.”
Menurut
Prof. Dr. Zoer’aini Djamal Irwan, M.Si (2010: 108) “lingkungan adalah suatu
sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organisme.”
Menurut
Soemirat (2005: 77) “lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar host,
baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang
lain.”
Jadi,
lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang di dalamnya
terdapat hubungan kausalitas yang mempengaruhi makhluk hidup dan lingkungannya.
B.
Unsur-Unsur Lingkungan
Hidup
Lingkungan
hidup disebut juga dengan lingkungan hidup manusia. Istilah ini biasa dipakai
dengan lingkungan hidup, bahkan seringkali dalam bahasa sehari-hari disebut
dengan lingkungan saja. Adapun unsur-unsur lingkungan hidup menurut Siahaan (2004: 13) sebagai
berikut.
1. Semua
benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara rumah,
sampah, mobil, angin, dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini
digolongkan sebagai materi. Sedangkan satuan-satuannya disebutkan sebagai
komponen.
2. Daya,
disebut juga dengan energi.
3. Keadaan,
disebut juga kondisi atau situasi,
4. Perilaku
atau tabiat,
5. Ruang,
yaitu wadah berbagai komponen berada, dan
6. Proses
interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan
jaringan kehidupan.
Menurut
Soemarwoto (2005: 55) unsur-unsur lingkungan hidup adalah udara, air, keperluan
rumah tangga, tenaga dan kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan
produksi pertanian.
Menurut
Undang-Undang no. 4 tahun 1982, unsur-unsur lingkungan hidup terdiri dari unsur
biotik, unsur abiotik dan unsur sosial budaya.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa unsur-unsur lingkungan hidup
merupakan unsur-unsur alam yang hidup, mati maupun cipta, rasa dan karya
manusia yang saling berhubungan satu sama lain.
C.
Wujud-Wujud Masalah
Lingkungan
1. Awal
Masalah Lingkungan
Setiap
kegiatan manusia baik dalam riak kecil maupun dalam riak yang lebih besar
selalu akan mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia tidak akan lepas
pula dari pengaruh lingkungan, baik yang datang dari alam sekitarnya (fisik
maupun nonfisik), dari hubung antar individu ataupun antarmasyarakat.
Hubungan
pengaruh timbal balik berlangsung sedemikian rupa dalam batas-batas
keseimbangan. Selama interaksi manusia dengan berbagai subsistem atau
komponen-komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-batas keseimbangan yang
disebutkan tadi, selama itu pula lingkungan disebut serasi (harmonis). Tetapi,
bilamana muncul gangguan interaksi antara manusia dengan lingkungannya
disebabkan batas-batas kemampuan salah satu subsistem sudah terlampaui, tidak
seimbang, maka lingkungan itu akan menjadi tidak serasi atau tidak harmonis.
Di
sinilah timbul masalah-masalah lingkungan. Dengan demikian, masalah lingkungan
timbul sebagai akibat timbulnya salah satu kondisi seperti melampaui kemampuan
suatu komponen, adanya ketidakseimbangan diantara komponen, terganggunya fungsi
komponen atau sama sekali tidak berfungsi seperti biasanya.
2. Perkembangan
Masalah Ekologi dan Lingkungan
Prof.
Emil Salim (dalam Siahaan, 2004: 27) “mengamati masalah lingkungan yang kini
tampil sebagai dua hal utama yakni dengan adanya perkembangan teknologi serta ledakan
penduduk.”
Perkembangan
teknologi telah berhasil membawa manusia untuk menaklukkan dan merajai bumi dan
seluruh jagat raya, menginjakkan kaki di planet jauh dan menempatkan pesawat
angkasa luar di bulan, menambah produktivitas dengan berlipat ganda, serba
segera (instant), dan lain sebagainya.
Kemajuan-kemajuan
tersebut berbarengan dengan semaki meningkatnya perubahan-perubahan terhadap
lingkungan hidup. Meningkatnya jumlah penduduk juga memicu timbulnya berbagai ketimpangan atau
ketidakseimbangan karena manusia menyerbu sumber-sumber kebutuhan yang ada di
bumi.
Masalah
lingkungan telah menyusup dalam berbagai bentuk dan variasi, lalu membawa
rentetan akibat kepada ekosistem-ekosistem lainnya secara meluas.bukan saja
pada tingkat lokal, daerah, atau sbagian negara, namun juga telah meluas secara
trans-nasional, yakni ke tingkat regional dan global. Kini, masalah lingkungan
telah menjadi masalah internasional yang sangat populer dan mendesak.
Adapun
bentuk dan variasi rentetan masalah lingkungan itu dapat digambarkan sebagai
berikut.
a)
Pencemaran (pollution)
Menurut
J. Barros dan D.M. Johnston (dalam Siahaan, 2004: 29) pencemaran yang kini
dirasakan berbarengan erat dengan teknologi mekanisme, industrialisasi dan
pola-pola hidup yang mewah dan konsumtif. Masalah pencemaran timbul bilamana
suatu zat atau energi dengan tingkat konsentrasi sedemikian rupa hingga dapat
mengubah lingkungan, baik langsung atau tidak langsung, dan pada akhirnya
lingkungan tidak lagi berfungsi sebagaimana fungsinya.
Timbulnya
pencemaran tentu saja erat kaitannya dengan berbagai aktivitas manusia, antara
lain berupa kegiatan-kegiatan industri, kegiatan pertambangan, kegiatan
pertanian dan kegiatan lainnya.
Tingkat
pencemaran secara global menurut ozon (dalam Siahaan, 2004: 30) dapat terlihat
melalui data-data berikut. “Pada tahun 2000
emisi meningkat 18,1% di atas Tingkat tahun 1990 di Amerika Serikat, 10,7% di
Jepang, 12,8% di Kanada, dan 28,8% di Australia. Tingkat konsentrasi CO2 di udara 30% lebih tinggi dewasa ini dibandingkan
dengan pada masa praindustri, meningkat dari 281 ppm pada tahun 1800 menjadi
327 ppm pada tahun 1972, 356 ppm pada tahun 1992 dan 367 ppm pada tahun 2002.
Tahun 1990-an merupakan dekade terpanas. Jika keadaan ini berlangsung terus,
pakar lingkungan memperingkatkan bahwa suhu akan naik rata-rata 5,8 derajat
Celcius pada tahun 2010.”
Tingkat
pencemaran lingkungan yang terjadi di atas akan mempengaruhi kondisi konsumsi air minum sehat yang
diperlukan setiap orang. Tercatat bahwa
sekitar 1,2 milyar manusia meminum air yang tercemar. Ratusan juta petani
mengalami penderitaan karena pencemaran dari pabrik terhadap sawah ladang dan
ternaknya. Ratusan kasus penyakit terkait dengan air menyebabkan Kematian lebih
dari 5 juta orang setiap tahun. Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak dari orang
yang terbunuh dalam perang di seluruh dunia. Hasil sebuah studi di pemerintah
Amerika Serikat menemukan data
penyakit kanker di wilayah industri tenaga nuklir. Ada 91 kasus dari 22 tipe
kanker yang berbeda di 14 tempat di mana terdapat fasilitas senjata nuklir.
Menurut
WHO bahwa 25% dari faktor kesehatan buruk disebabkan oleh masalah lingkungan,
termasuk karena bahan beracun berbahaya (B3). Di AS, kanker, termasuk tumor
otak dan leukemia, meningkat 1% per tahun dan menjadi penyebab urutan kedua kematian bagi anak-anak
berusia 1-14 tahun. Angka kanker testis meningkat 3 kali, kanker prostat 2 kali
dan jumlah sperma menurun hingga 50% di antara orang Eropa dan Amerika Serikat sejak tahun 1950.
Kanker payudara menyerang satu dari delapan orang di negara-negara maju pada
tahun 1993, di bandingkan 1 dari 20 orang pada tahun 1960.
b)
Timbul berbagai
penyakit
ketika
industri sedang mulai tumbuh tahun 1950-an, timbul pencemaran di Teluk Minamata
di pulau Kyushu, Jepang, dari limbah pabrik kimia. Kemudian pada tahun 1959,
teridentifikasi suatu penyakit aneh dari penduduk di sekitar pantai Minamata
berupa lemahnya otak, gangguan fungsi otak, kelumpuhan, hilangnya penglihatan,
pela-pelan menjadi koma dan kemudian mati. Ternyata penduduk di sekitar teluk
mengkonsumsi ikan yang tercemari limbah metilmerkuri dan limbah pabrik yang
mengandung Hg. Penyakit ini disebut penyakit Minamata. Penyakit serupa terjadi
lagi di Nigata pada tahun 1964-1965 di sebuah pantai di bagian utara Tokyo.
Pantai itu merupakan muara sungai Agano yang mengandung limbah pabrik.
Apabila
disimak ternyata tidak selamanya industri atau teknologi menjadi alat pemuas
bagi kehidupan, karena penderitaan sangat banyak berkembang dibaliknya.
Faktor
utama penyebab wabah penyakit di atas adalah kesalahan manusia dalam mengelola
lingkungan.
Hutan
sebagai habitat dan menyimpan berbagai spesies satwa dan tumbuhan, yang tadinya
tertutup, kini terbuka dan kini habis ditebangi untuk berbagai konsumsi modern.
Karena hutan sebagai habitat-habitat satwa sudah rusak, maka spesies satwa
bermigrasi ke segala tempat, termasuk ke sekitar pemukiman manusia. Burung,
babi hutan, monyet dan jenis primata lainnya yang banyak pula mengandung
berbagai virus mematikan bagi manusia dan ragam-ragam hewan piaraan,
berinteraksi dengan lingkungan pemukiman manusia, dan akhirnya virus ini
berpindah ke tubuh manusia. Misalnya virus Sungai Nil Barat berhasil
menyeberang ke Amerika dan Asia melalui migrasi burung.
c)
Pemanfaatan alam secara
tidak terkendali
Masalah
selanjutnya ialah rusaknya tata lingkungan alami. Hal ini merupakan dampak dari
tingkah laku manusia yang mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya alam
secara tidak seimbang. Disadari atau tidak, kenyataan ini dapat dilihat melalui
praktek-praktek masyarakat, seperti penebasan hutan sampai gundul, penangkapan
ikan laut sampai melampaui batas konservasinya, penggunaan alat-alat beracun
dan peledak untuk menangkap ikan, berburu binatang liar, pola pertanian dengan
sistem ladang berpindah.
Penyedotan
air tanah meningkat menjadi 175% dalam 30 tahun terakhir untuk kegiatan
pertanian. Industri pertanian menghabiskan 70% konsumsi air dunia, meningkat
dari 1.850 km3 pada tahun
1970 menjadi 3.250 km3 pada tahun 2000. Jumlah penangkapan ikan
global meningkat dua kali lipat dalam 35 tahun terakhir, mencapai 137 ton per
hari. Akibatnya kapasitasnya menjadi menurun tajam karena penangkapan ikan
berlebihan.
Masalah
ini merupakan dampak yang kait-mengait satu dengan yang lainnya seperti dari
kenyataan berikut ini: tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih mengungguli
tingkat kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya, perkembangan kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan taraf hidup, konsumerisme, masalah keterbatasan
alam untuk diolah terutama sumberdaya-sumberdaya yang bersifat tidak dapat
diperbarui.
3. Bangkitnya
Kesadaran Lingkungan
Menurut
Otto Soemarto (2004: 41) “masalah lingkungan sudah ada sejak pertama kali bumi
ini tercipta. Ahli ekologi ini menghubungkannya dengan kejadian yang dikisahkan
dalam kitab Suci Injil dan Quran, di mana peristiwa air bah pada jaman Nuh
adalah masalah lingkungan. Runtuhnya peradaban
Mesopotamia telah dinilai sebagai sebab dari masalah lingkungan, yaitu
adanya proses salinasi yang tinggi dari sungai Tigris dan Euphrat, yang
menyebabkan rusaknya lahan-lahan pertanian. Akan tetapi karena waktu itu
tingkat frekuensi atau intensitas masalah tersebut belum banyak dan populer,
maka masyarakat menganggap hal itu sebagai sesuatu yang kurang berarti.”
Namun
dengan semakin majunya peradaban manusia, lebih-lebih setelah lahirnya revolusi
industri di Inggris, maka mulailah
masalah lingkungan dirasakan dan dibicarakan. Menurut David Burnie (2005: 10) “Pergerakan
lingkungan modern bermula di awal 1960-an, dengan diterbitkannya sebuah buku
laris berjudul Silent Spring.” buku
tersebut, yang ditulis oleh Rachel Carson, seorang naturalis dan ekolog
Amerika, memperingatkan pembacanya tentang dunia masa depan yang teracuni oleh
pestisida sintetik. Dalam dunia itu, nyanyian burung hanyalah kenangan yang
hampir dilupakan. Di mana nilai-nilai lama telah diserang, buku Carson menyebarkan
pengaruh yang amat luas.Dasawarsa tahun 1970-an merupakan awal permasalahan
lingkungan secara global dengan dilangsungkannya Konferensi Stockholm tahun
1972 yang membicarakan masalah lingkungan. Konferensi yang diselenggarakan PBB
ini berlangsung dari tanggal 5-12 juni 1972, dan dihadiri oleh berbagai negara
dan organisasi-organisasi internasional. Tanggal 5 Juni akhirnya ditetapkan
sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pada tahun 1987 terbentuklah sebuah
komisi dunia yang disebut dengan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan
Pembangunan yang diketuai oleh Gro Harlem Brudtland yang melaporkan tentang
masalah-masalah pembangungan dan lingkungan, yang lazim disebut Laporan
Brudtland yang kemudian melahirkan konsep suistainable development, yang
kita sebut dengan pembangunan berkelanjutan. Konsep ini diartikan sebagai
pembangunan yang bertujuan memenuhi kebutuhan sekarang dengan tidak mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam
rangka tindak lanjut konsep ini, timbul pemikiran-pemikiran kritis berupa
syarat atau kondisi terlaksananya konsep suistainable development. Diyakini
banyak pihak bahwa tidak mudah melaksanakan konsep ini, terutama bila dikaitkan
dengan bagaimana menghilangkan pertentangan lingkungan hidup dengan
pembangunan.
Bangkitnya
kesadaran manusia akan pentingnya keseimbangan alam dapat dikategorikan sebagai
upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal ini terjadi karena ketika manusia sadar
bahwa dirirnya hidup berdampingan dengan alam maka akan timbul pemikiran alam
bawah sadarnya untuk menjaga dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam
lingkungannya tanpa semena-mena.
D. Analisis
Berbagai
definisi yang diungkapkan telah menjelaskan secara gamblang apa yang dimaksud
dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai ruang yang
dimana makhluk hidup berinteraksi satu sama lain serta berinteraksi dengan
lingkungannya. Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan hidup saling berkaitan
satu sama lain yakni unsur biotik, unsur abiotik dan unsur sosial budaya.
Ketika salah satu unsur ada yang rusak atau fungsinya tidak berjalan
sebagaimana seharusnya, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu. Hal ini
berdampak pada makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungan itu sendiri.
Berbagai
permasalahan lingkungan yang bermunculan pada dasawarsa terakhir. Sehingga
akhirnya manusia mulai sadar bahwa alam memiliki keterbatasan dalam memperbaiki
dirinya sendiri hingga pada batas tertentu. Manusia melakukan upaya pelestarian
lingkungan sebagai aksi dari upaya tersebut. Hal ini dilakukan manusia setelah
sekian waktu terlena dalam fatamorgana pembangunan, yang implikasinya membuat manusia semakin maju
tetapi pembangunan itu tidak berwawasan lingkungan. Hingga akhirnya pembangunan
yang digadang-gadangkan bukannya membawa manfaat tapi justru membawa kerusakan
bagi lingkungan.
Begitu pentingya
bangkitnya kesadaran lingkungan sebagai langkah awal dalam upaya melestarikan
lingkungan yang dilanjutkan dengan melakukan berbagai tindakan-tindakan konkret
untuk menjaga kelestarian alam. Pada saat kesadaran akan pentingnya
melestarikan alam mulai tumbuh dalam benak manusia, maka keberlangsungan
lingkungan hidup akan terjaga. Hal
ini akan berpengaruh pada manusia sebagai salah satu
makhluk yang hidup didalamnya serta keseimbangan alam akan tetap lestari.
Selain itu manusia dan alam akan berjalan seirama tanpa menimbulkan kerusakan
bagi alam dan manusia. Sehingga manusia dapat hidup dengan aman dan nyaman
seperti yang diharapkan.
III.
Penutup
A. Simpulan
Lingkungan
hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang di dalamnya terdapat
hubungan kausalitas serta mempengaruhi makhluk hidup dan lingkungannya. Masalah-masalah
lingkungan hidup tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi dan
keserakahan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan
keseimbangan alam. Secara bertahap, proyek-proyek serta industri yang
dikembangkan dengan bentuan teknologi membuat lingkungan tidak stabil dan
akhirnya memicu permasalahan yang imbasnya tidak hanya pada lingkungan tempat
manusia bernaung, tapi juga pada manusia. Perlahan mulai muncul berbagai
organisasi serta aksi yang mengusung kelestarian alam. Hingga kini organisasi-organisasi
tersebut berjalan dengan konsep suistainable development.
B.
Saran
Penyusun menyadari
bahwasanya dalam penyusunan makalah ini
masih memerlukan penyempurnaan di sana-sini, namun semoga hal itu tidak
mengurangi kemanfaatannya bagi pembaca. Akhirnya penyusun berharap semoga
makalah ini menjadi motivasi bagi lahirnya suatu aktivitas yang lebih
mendekatkan kita kepada Sang Maha Pencipta dalam mengemban tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Burnie,
David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi.
Pent. Damaring Tyas Wulandari. Jakarta : Erlangga
http://blhd.endekab.go.id/upaya-pelestarian-lingkungan-hidup-dalam-pembangun/
diakses 20 Mei 2014 pukul 05.43 (online).
Irwan,
Zoer’aini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip
Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum
Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Erlangga.
Soemarwoto, Oto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Jakarta: Djambatan.
Soemirat, Juli. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar