Senin, 02 Juni 2014

SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI YANG TIDAK BERPIHAK PADA PETERNAK SAPI

http://www.iaincirebon.ac.id/




DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Deskripsi Masalah........................................................................................ 2
C.     Profil Organisasi.......................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A.    Studi Kasus.................................................................................................. 4
BAB III: PENUTUP............................................................................................. 9
A.    Simpulan...................................................................................................... 9
B.     Rekomendasi............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin mengatur berbagai aspek kehidupan. Aturan tersebut tercantum al Quran, hadits, ijma’ dan qiyas yang mengatur hubungan bermasyarakat, hukum, sistem perekonomian dan bahkan sampai mengatur pada hal-hal yang sepele. Seiring perkembangan zaman, perkembangan ekonomi tak bisa terelakkan dengan adanya teknologi informasi dan arus globalisasi pada dasawarsa terakhir begitu luwes masuk tanpa bisa dicegah. Bahkan teknologi informasi secara langsung maupun tidak langsung kemudian mempercepat arus globalisasi. Perkembangan ekonomi ini biasa disebut dengan neoliberalism yang merupakan puncak pelaksanaan 10 kebijakan Washington Consensus. Neoliberalisme di Indonesia bahkan telah merasuki hampir seluruh sistem perekonomian. Di sisi lain, Indonesia setelah memasuki era reformasi melalui amandemen UUD 1945 yang tetap mengusung asas demokrasi ekonomi, dimana badan usaha yang berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi adalah koperasi.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat. Hal ini dikarenakan melalui koperasi masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang no 17 tahun 2012 Bab II Pasal 4 bahwa: “Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.
Berdasarkan observasi di desa Cisantana, kecamatan Cigugur, Kuningan, diperoleh gambaran mengenai salah satu koperasi yang bergerak di bidang peternakan sapi perah yakni Koperasi Saluyu. Setelah melakukan observasi, ditemukan bahwa dalam koperasi secara konseptual sudah berjalan. Akan tetapi dalam proses pendistribusian, terjadi penindasan secara struktural, dimana peternak tidak dapat menentukan dan tidak memiliki daya tawar terhadap koperasi atas penjualan susu sapi perahnya. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan faktor yang mengakibatkan koperasi berjalan secara konseptual adalah dominasi investor luar terhadap pengelolaan koperasi sehingga terjadi permainan harga yang menindas peternak.
B. Deskripsi Masalah                                   
Berdasarkan observasi di desa Cisantana, permasalahan yang timbul di koperasi adalah koperasi belum bisa mewujudkan cita-cita idealnya untuk mensejahterakan anggotanya, karena terdapat koperasi yang merupakan perkumpulan modal, bukan perkumpulan orang. Koperasi belum bisa menjalankan tiga rantai ekonomi, yaitu perniagaan mengumpulkan, perantaraan dan membagikan. Ketika sistem ekonomi hanya berputar pada kepentingan perdagangan dan menegasikan kepentingan perniagaan dan pengumpulan maupun membagikan, maka yang terjadi adalah penumpukan kekayaan pada titik perniagaan perantaraan dan permainan harga yang terjadi di koperasi. Sehingga koperasi hanyalah kedok dari tengkulak yang bermain didalamnya yang justru menindas anggotanya meskipun tidak disadari oleh mereka. Selain itu dominasi dari investor luar menjadi pemicu semakin tidak berdayanya peternak dihadapan koperasi karena koperasi memberikan pinjaman untuk memulai peternakan sapi perah serta pembelian pakan ternak yang harganya relatif mahal dan hanya bisa didapatkan melalui koperasi, sehingga ketergantungan peternak terhadap koperasi tak ubahnya ketergantungan petani kepada tengkulak atau bakul.
C.  Profil Organisasi
        Koperasi saluyu berdiri tahun 2006, ketika koperasi Dewi Sri pailit dan bubar. Koperasi Saluyu pada awalnya merupakan sebuah kelompok peternak yang bernama “Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu”. Anggota Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu awalnya adalah anggota KUD Dewi Sri Bahagia Kuningan yang mencari pakan ternak sapi dikarenakan pada waktu itu KUD tidak mampu memberikan pelayanan kepada anggotanya terutama pakan ternak sapi yang merupakan kebutuhan pokok sapi untuk bisa manghasilakan susu.
        Beberapa peternak berinisiatif mencari pakan jadi sapi ke Cirebon dan bertemu dengan Pabrik Makanan Ternak KPBS Pangalengan Bandung yang berkedudukan di Cirebon.
Awalnya hanya hubungan dagang antara penjual dan pembeli pakan ternak, tetapi kemudian berkembang menjadi hubungan kemitraan dalam penjualan susu hasil produksi anggota kelompok.
Sejak saat itu Koperasi Saluyu menjadi salah satu tumpuan para peternak sapi perah dalam memasarkan susu murni hasil produksinya dan sangat dirasakan manfaatnya dikarenakan sebelum ada Koperasi Saluyu anggota tidak bisa berbuat banyak untuk mendapatkan kenaikan harga susu dari KUD Dewi Sri tetapi dengan adanya Koperasi Saluyu harga susu beberapa kali mengalami kenaikan.
Kelompok Peternak Sapi Perah Saluyu berubah menjadi Koperasi Saluyu pada tahun 2008 dengan Nomor Badan Hukum 01/BH/KDK/10-18/IX/2008.
Dalam melayani anggotanya, Koperasi Saluyu memiliki 3 unit usaha yaitu :
     1. Penjualan susu murni sapi perah
     2. Pabrik Pakan ternak
     3. Simpan pinjam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Study Kasus
Desa Cisantana terletak di lereng gunung Ciremai, tepatnya di kecamatan Cigugur, Kuningan. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Cisantana adalah peternak. Berbagai macam jenis hewan yang diternakkan oleh peternak diantaranya ayam, babi, sapi daging dan sapi perah. jumlah sapi perah yang ada di Cisantana mencapai 3000 ekor. Sementara dari satu ekor sapi, peternak bisa dapatkan 10-15 liter susu sapi perah, susu-susu tersebut dikumpulkan di tempat penampungan susu  (TPS) yang ada di tiap-tiap dusun. pengumpulan susu-susu di tiap TPS akan peternak jual ke koperasi (dalam perspektif psikologi sosial, koperasi adalah bentuk perilaku sosial kelompok yang kepemilikan batas profesi sebagai peternak) yang dekat dengan wilayah tempat tinggal mereka dengan harga yang sangat bergantung dari kualitas susu yang didapatkan.
Harga satu liter susu bervariasi tergantung dari tingkat kadar air yang ada didalamnya. Jika susu memiliki kadar air yang tinggi, maka dapat dipastikan harga susu tersebut rendah, begitupun jika kadar airnya rendah, maka harganya akan tinggi. Koperasi membuat tiga tingkatan harga, kategori bagus Rp. 3.500,- perliter, kategori sedang Rp. 3.000,- Rp. 3.200,- perliter, dan kategori rendah dengan harga Rp. 2.900,-. Tidak jarang peternak harus membuang susu sapi, dikarenakan koperasi tidak menerima dengan alasan kualitas susu jelek.
Pemeliharaan sapi perah dapat dikatakan harus telaten, karena kebersihan kandang harus terjaga, pemberian pakannya pun harus memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus agar menghasilkan susu yang berkualitas. Sehingga persepsi yang muncul adalah hasil yang baik dari penjualan susu ke koperasi karena pola pemeliharaan sapi yang baik pula. Atau ringkasnya apa yang kita panen adalah apa yang kita tanam.
Pakan yang  diberikan pada sapi-sapi tersebut berupa dedek, ampas tahu, singkong, bungkil kelapa, dan jerami tiap dua kali sehari.  Harga jerami seikat senilai Rp 10.000, satu karung ampas tahu senilai Rp 35.000 sehingga tiap bukan mereka harus mengeluarkan modal untuk pembelian pakan sebesar Rp 2.000.000 tiap bulan untuk empat ekor sapi. Pakan yang tidak bagus dapat diperoleh dengan harga Rp. 2.100,- perkg, sedang yang bagus sekitar Rp. 2.300,- per kilogram, yaitu pakan dengan oplosan/campuran bungkil kelapa. Satu kilogram pakan yang dimakan oleh sapi, akan menghasilkan satu liter susu, namun ini kembali ke kwalitas pakan, kadang susu yang dihasilkan kurang dari satu liter karena pakan yang dikonsumsi sapi adalah pakan oplosan yang jelek. Biaya tersebut belum termasuk pakan lainnya berupa singkong dan vitamin serta suntikan yang rutin diberikan agar sapi tetap sehat.
 Sesuai dengan pepatah, “apa yang ditanam itulah yang dituai”. Kwalitas hasil susu tergantung dari kwalitas pakan yang dipergunakan. Teori behavioristik berperan disini, dimana peternak mendapatkan hasil dari apa yang mereka lakukan sebelumnya.pada awalnya koperasi yang menjadi tumpuan harapan mereka untuk menjual hasil susu perah mereka hanya koperasi dewi sri. Hingga saat ini koperasi yang sudah ada di desa cisantana ada 3 yaitu, koperasi karya nugraha, koperasi larasati (berada di wilayah cipari) dan koperasi saluyu (berada di daerah pasir). Selanjutnya koperasi-koperasi tersebut akan menjual susu sapi ke perusahaan-perusahan seperti indomilk, susu ultra, dan yang lainnya dengan harga Rp. 4.600,- perliter.
Proses penjualan susu oleh peternak kadang tidak konsisten, artinya terkadang masih ada peternak yang menjual susu diluar keanggotannya (misalnya dia sebagai anggota koperasi di saluyu, namun menjual hasil susu ke koperasi larasati atau karya nugraha), padahal koperasi sangat menginginkan anggota yang selalu konsisten –jika sudah menjadi anggota koperasi saluyu, maka ia seharusnya menjual hasil susu ke koperasi saluyu-, tapi peternak kadang mencermati perbandingan, jika harga yang ditawarkan koperasi lain lebih tinggi, maka dia akan memilih penawaran yang lebih tinggi tersebut, padahal seharusnya mereka konsekuen untuk memajukan koperasi, karena koperasi tidak memiliki wewenang untuk melarang peternak mau menjual hasil susu ke koperasi manapun, bahkan mereka bisa ikut serta di ketiga koperasi yang ada di kabupaten kuningan.
Berbicara masalah harga, pak kardi mengatakan bahwa yang mematok harga itu adalah industri, namun terkadang juga masalah tersebut disebabkan karena adanya persaingan bisnis, bahkan terkadang masalah itu timbul karena masing-masing koperasi saling menjatuhkan -persaingan usaha-.
Koperasi saluyu saat ini memiliki 16 kelompok, salah satunya berada di daerah majalengka. Proses penjualan susu dimulai dari penampung di posko tiap kelompok, diukur berat jenis dan literannya, yang selanjutnya akan dibawa oleh mobil pick up ke koperasi untuk proses pendinginan. Susu sapi yang belum didinginkan akan tahan selama 1,5 jam, maksimal 2 jam. Langkah selanjutnya susu akan dikirim ke industry jika sudah mencukupi 1000 liter –maka susu akan dikumpulkan agar tangki berisi penuh-, hasil susu yang diperoleh pengepul pagi hari berkisar 400 liter, siang 300 liter, sehingga koperasi harus menunggu susu yang akan disetor besok pada pagi hari –untuk mencukupi volume tangki-. Perusahaan tidak punya batas waktu penerimaan susu. Mobil yang digunakan untuk mengirim susu adalah mobil tangki yang sudah dilapisi double wall seperti termos, jadi jika dibawa ke jakarta maka akan tetap dingin, jika cuaca panas maka kenaikan hanya sampai 2 derajat.
Kandungan susu sapi yang diperikasa terdiri dari lemak, SNF (solinolfat), protein, TPC (total flacton). Kandungan yang harus ada pada susu berdasarkan standar nasional indonesia (sni) adalah 3,3, memiliki kandungan TPC maksimal sejuta, total solid seharusnya 11,3 sedang di koperasi saluyu saat ini masih 11,8 atau 12. Saat ini koperasi memiliki mmp di cipager, yang memiliki usaha pensterilan susu (pasterilisasi). Untuk memperoleh susu sapi dengan daya tahan yang agak lama, maka koperasi harus memasukkan ke cooling dengan suhu maksimal 4 derajat. Disini terjadi perubahan sosial karena adanya pengetahuan mengenai proses pengolahan susu. Koperasi saluyu mensupply susu ke jakarta, kadang juga ke bandung –jika ada permintaan-, susu yang disimpan, disteril lalu dijual. Namun koperasi juga menyediakan susu untuk konsumen selain dari industri langganan.
Harga susu dari koperasi ke industri sekitar Rp. 3.700,-, jika ada konsumen yang mau membeli susu dengan eceran, maka koperasi menawarkan harga Rp. 5.000,- perliter. Misalnya suatu industry ingin membeli susu sebanyak 1000 liter, maka koperasi bisa memberikan discount –pengurangan harga-. Koperasi sampai saat ini masih menjalin kerjasama dengan industri pakan, pakan dari koperasi di supply ke peternak, yang nantinya setiap akhir bulan dipotong koperasi sesuai dengan harga susu yang telah mereka setorkan, sehingga yang mereka peroleh adalah keuntungan bersih yang tak pelak juga terkadang mereka harus nombok untuk bayar pakan. Terjalinnya kerjasama antara industri pakan, koperasi dan peternak merupakan kontrak sosial. Pakan sebenarnya bisa di produksi sendiri khususnya oleh koperasi, namun saat ini koperasi terbentur pada modal. Sehingga yang mengurusi pakan diserahkan pada industri perorangan, dimana pakan juga memiliki kategori kwalitas, pakan memiliki 8 campuran, namun untuk kwalitas yang sedang memiliki 7 campuran, diantaranya dedek, bungkil kacang, polar, sisa kue yang sudah rusak, dan lainnya.
Jika kualitas pakan bagus, maka kualitas susu yang dihasilkan juga bagus, tapi terkadang ada yang tidak bagus, umpamanya sapi terserang penyakit, penyakit yang biasa diderita sapi adalah umumnya di pencernaan, misalnya kembung. Selanjutnya masalah faktor yang menyebabkan susu kena bakteri sehingga harga menurun adalah karena kebersihan kandang yang tidak terkontrol, keadaan sapi, kebersihan orang yang memeras dan kebersihan alat yang digunakan dalam memeras.
Hasil lab di koperasi dan alat ukur berat jenis yang ada di pengepul tidak bisa mengecek adanya bakteri, hanya mampu melihat kandungan yang ada didalamnya, misalnya lemak, protein, snf dan yang lainnya. Sedangkan pihak yang bisa memeriksa ada atau tidaknya kandungan bakteri di dalam susu adalah industri, dengan sistem kategorisasi harga jika bakterinya banyak maka harganya rendah.
Pekerjaan sebagai peternak bahkan pengurus koperasi juga merasa kecewa dengan keadaan yang mereka hadapi sekarang, mereka hanya mampu bergumam “sudah seperti itu, mau gimana lagi, sekarang susah mencari pekerjaan lain”. Koperasi saluyu juga membagikan sisa hasil usaha (SHU) diakhir tahun kepada para anggotanya.
Koperasi saluyu berdiri tahun 2006, ketika koperasi dewi sri pailit dan bubar. Sekarang pemerintah tidak berpihak kepada petani maupun peternak, contohnya pada bidang pertanian, buah kesemek sudah tidak banyak kita temui lagi, karena kalah bersaing dengan buah import. Padahal kalau kita bandingkan buah pir dengan buah kesemek malah lebih enak buah kesemek, tapi malah yang lebih disukai masyarakat saat ini adalah buah pir, karena salah satu kendalanya juga adalah kesulitan menemukan buah kesemek. Selanjutnya contoh lain adalah sayur yang saat ini sudah mulai import. Sekarang indonesia merupakan negara yang memiliki harga susu termurah di dunia, 13 persen kebutuhan di indonesia di pasok dari hasil susu. Kalau pada tahu sebelumnya masih berkisar 20 persen. Banyak peneliti yang telah turun untuk mengetahui dan mencari solusi untuk petani dan peternak khususnya peneliti dari perguruan tinggi, namun tidak ada yang pernah didengar oleh pemerintah.
Perkembangan koperasi saluyu terbentur di modal. Dari anggota cuma ada simpanan pokok dan simpanan wajib (20.000). Sejarah terbentuknya koperasi saluyu dimulai dari pailitnya koperasi dewi sri. Tahun 70an perkembangan sapi relatif bagus, tapi karena koperasi dewi sri punya keinginan untuk memiliki peternakan sendiri (koloni), sehingga koperasi membeli ternak dari uang yang ada, sehingga uang susu ke koperasi tidak bisa terbayar. Selanjutnya koperasi saluyu mengurus petani yang tidak mau ke karya nugraha atau ke larasati. Koperasi saluyu memiliki jadwal pembinaan buat peternak, tetapi kalau harga susu tidak naik, maka peternak jadi males atau lesu. Karena saat ini selisih susu dengan pakan hanya Rp. 500,-. Padahal seharusnya 1 liter susu harus dapat membeli dua kilo pakan.
Salah satu alasan penduduk desa cisantana mampu bertahan menjadi peternak sapi adalah akan mendapatkan keuntungan dari sisa pakan sekitar Rp. 200.000,- perbulan dan keuntungan yang menurut mereka paling menjanjikan adalah dari anak sapi yang dihasilkan. Namun untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya, tidak sedikit dari mereka bekerja sebagai petani ataupun buruh bangunan. Sehingga dari hasil jerih payah, anak-anak mereka mampu melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan sekarang sudah memiliki penghasilan. Sebagian besar anak-anak mereka tidak mengikuti jejak orangtua sebagai peternak, kebanyakan tertarik dan memilih jurusan keperawatan. Teori gelstat dan kognitif berperan disini.





BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Desa Cisantana memiliki begitu banyak potensi SDA yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan desa Cisantana, namun keberpihakan pemerintah desa belum ada sehingga menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya merugikan kepentingan bersama. Permasalahan mahalnya pakan membuat produksi susu menurun serta kualitasnya kurang baik sehingga diperlukan adanya penanganan bersama agar tercapai tujuan bersama.
B. Rekomendasi
Berdasarkan teori yang saya dapat, saya merekomendasikan berdasarkan teori intevensi dalam skala mezzo, dimana perubahan atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan baik bila melalui partisipasi aktif dari masyarakat lokal. Sehingga masyarakat bisa berpartisipasi aktif untuk membuat koperasi berbasis peternak, dimana pengurus serta anggotanya adalah peternak dan warga lokal, jangan memberikan peluang bagi investor-investor dari luar ikut campur dalam penanganan administrasi maupun pengelolaan hasil susu sapi perah. Selain itu, cara pendistribusian dari koperasi sebaiknya diolah dan dikemas dalam bentuk yang lebih menarik sebelum dijual ke konsumen. Misalnya susu diolah menjadi keju, mentega dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Pemerintah desa pun sebaiknya mulai memperhatikan kesejahteraan peternak, karena hal tersebut dapat menjadi indikator keberhasilan pemerintah desa dalam mengurus persoalan yang melingkupi desa Cisantana. Pemerintah desa menerapkan kebijakan yang berpihak bagi kemajuan peternak, baik dari subsidi untuk pakan ternak, perhatian terhadap ternak-ternak dengan pemeriksaan rutin, maupun mempermudah akses bagi kelancaran koperasi yang propeternak sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar