POTENSI KOTORAN SAPI VERSUS GEOTHERMAL: STUDI POTENSI
SUMBERDAYA DI DESA CISANTANA KECAMATAN CIGUGUR KUNINGAN JAWA BARAT
Oleh:
A. Syatori
Anis
Tamamatunnisa
Abdullah
Lia
Fitrianingsih
A. Selayang Pandang Desa Cisantana
Desa Cisantana terletak di bawah kaki gunung Ciremai.
Cisantana terbagi menjadi 5 dusun, yaitu dusun (1) Cisantana, (2) Malar Aman, (3)
Palutungan, (4) Sukamanah dan (5) Dano. Cisantana merupakan salah satu desa
penghasil sayuran dan ternak di wilayah kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan.
Luas wilayah desa Cisantana adalah ±1.199.500 Ha, dengan
batas wilayah sebagai berikut.
a.
Sebelah Utara : desa Gunung Keling
b.
Sebelah Barat : kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
c.
Sebelah Selatan : desa Babakan Mulya
d.
Sebelah Timur : Kelurahan Cigugur
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta di bawah
ini.
Cisantana termasuk desa yang berada di kawasan dataran
tinggi yaitu 750-1.200 mdpl. Iklim curah hujannya 3.500 mm/tahun. Jumlah bulan
hujan 3-6 bulan dan suhu rata-rata harian 26-32 c.
Geografis membuat desa Cisantana sangat cocok untuk dijadikan
lahan pertanian dan ternak. Fakta di lapangan membuktikan bahwa masyarakat di
sana mayoritas mata pencahariannya adalah petani dan peternak. Menurut data dari profil desa, masyarakat
yang memiliki lahan pertanian sebanyak 1.502 kepala keluarga.
Adapun komposisi jumlah penduduk desa Cisantana pada tahun
2013 sebagai berikut.
Jumlah laki-laki
|
3.757
orang
|
Jumlah Perempuan
|
3.280 orang
|
Total
|
7.037
orang
|
Jumlah kepala keluarga
|
1950 orang
|
Sumber: Profil
desa Cisantana 2013
B. Romantisme Historis Desa Cisantana
Nama Cisantana diambil dari bahasa pewayangan, yakni, dari
kata “Cis” dan “Santana”. Cis adalah keris, sedangkan Santana adalah
menak/elit. Jadi kalau digabungkan Cisantana adalah keris milik orang elit.
Keris melambangkan pemberani, dan elit menunjukkan orang-orang Cisantana ini
berwibawa, berpendidikan.[1]
Sejarah desa Cisantana[2]
dimulai dari masa sebelum penjajahan yang diprakarsai oleh 3 tokoh sepuh yang
diutus oleh Syekh Syarif Hidayatullah. Ketiga tokoh tersebut yaitu mbah Semut,
mbah Sanggem, dan mbah Taluk yang ketiganya dipimpin oleh Raden Arya Kemuning. Pada
mulanya mereka mendirikan padepokan yang berada di kawasan lereng gunung yang
sekarang dinamakan Cigowong. Bukti keberadaan 3 tokoh sepuh tersebut adalah
adanya makam. Dua makam berada di Depok dan yang satunya berada di dekat kantor
desa Cisantana.
Menurut sejarah, Belanda menjajah desa Cisantana sekitar
tahun 1825 dan dipimpin oleh Jenderal yang bernama Tuan Rosen dan Wiliamsi.
Kedatangan mereka untuk merampas hasil bumi masyarakat Cisantana. Pada waktu
itu, masyarakat Cisantana memiliki hasil tani yang melimpah terutama hasil dari
tanaman teh yang letaknya dekat dari kawasan bumi perkemahan yang saat ini
disebut dengan tanah Erpah (erpacht). Bukti itu tergambar dari adanya puing-puing
bangunan pabrik teh.
Selain itu, penjajah Belanda itu juga telah membuat jalan
dari Cigugur hingga desa Cisantana. Untuk mengawasi gerak gerik Belanda,
sesepuh memerintahkan kepada 2 orang pemberani yakni Eyang Panulisan dan Eyang
Depok. Eyang Panulisan memiliki keahlian dalam bidang mencermati, sedangkan
Eyang Depok sebagai jawara/pemberani. Bukti otentik adanya kedua pahlawan ini
yaitu adanya makam. Untuk eyang Panulisan makamnya terletak dikawasan dekat Gua
Maria dan makam Eyang Depok terletak di Dukuh Daria, yakni, sebuah wilayah yang
saat ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Setelah sekian lama Belanda menjajah, kemudian desa tersebut
dijajah pula oleh Jepang tepatnya pada tahun 1942. Mereka merusak pabrik teh yang didirikan oleh
Belanda. Kemudian, pada bekas pabrik teh itu dibangun menjadi pabrik air minum
kemasan yang sampai saat ini puing-puingnya masih ada.
Setelah Indonesia
merdeka, desa ini belum menjadi desa. Menurut keterangan Pardiman[3],
pada tahun 1936 Cisantana masih tergolong dusun dari desa Puncak. Desa Puncak
ini memiliki 11 dusun, yaitu dusun (1) Puncak, (2) Pakembaran, (3) Dano, (4) Ciwuni,
(5) Tarikolot, (6) Cikondang, (7) Mulya Asih, (8) Palutungan, (9) Santana, (10)
Babakan Mulya dan (11) Sukamanah.
Pada tahun 1950-an
bangsa Indonesia menghadapi berbagai gangguan keamanan dalam negeri berupa
pemberontakan-pemberontakan politik dan pemberontakan bersenjata. Beberapa
pemberontakan bersenjata yang berupaya merongrong keberadaan NKRI yang baru
berdiri itu antara lain pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia) di Jawa Barat pimpinan Sekarmaji Marijan (SM) Kartosuwiryo.
Sekarmaji Marijan
(SM) Kartosuwiryo sebagai pimpinan separatis memiliki gagasan untuk mendirikan
Negara Islam di wilayah Indonesia. Ide tersebut muncul sejak sebelum tahun
1945. Gerakan itu terdeteksi pada tahun 1946 dengan terjadinya penyerangan terhadap
pos dan markas pasukan Siliwangi di Malangbong. Dalam perjalanannya, gerakan
DI/TII semakin intensif mengadakan gangguan dan penyerangan terhadap
obyek-obyek vital Republik Indonesia sebagai negara yang sah setelah perjanjian
Renville antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Hindia Belanda
pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam mewujudkan cita-cita dan gagasannya untuk
mendirikan negara Islam, Kartosuwiryo mengadakan konsolidasi dengan mengadakan
tiga kali konferensi dan terakhir di Cipeundeuy Tasikmalaya pada bulan Maret
1948.
Pergolakan politik
antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan gerakan separatis DI/TII memaksa
warga kampung Palutungan direlokasi ke wilayah barat menjauh dari puncak
Ciremai yang menjadi basis pertahanan tentara DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.
Warga kampung Palutungan yang masih tersisa dari pembantaian massal dan
pembakaran rumah oleh gerakan separatis DI/TII pimpinan Kartosuwiryo menyambut
baik niat pemerintah Republik Indonesia untuk memindahkan mereka ke area yang
steril dari jangkauan DI/TII. “Kala itu, tahun 1954 kami pindah secara sukarela
ke arah barat lereng Ciremai dengan harapan kami dapat hidup aman dari gangguan
tentara DI/TII yang setiap saat mengancam nyawa kami”.[4]
Sejak pecahnya
konflik bersenjata antara Tentara Nasional Indonesia dengan gerakan separatis
bersenjata DI/TII pimpinan Kartosuwiryo, rakyat bersama Tentara Nasional
Indonesia bahu-membahu mempersempit ruang gerak DI/TII. Puncaknya pada tanggal
4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap. Wujud apresiasi permerintah atas
kerjasama yang diberikan rakyat Kuningan (Malar Aman) dalam menumpas gerakan
separatis DI/TII adalah dibagikannya kavling pemukiman kepada warga. Kala itu,
sekitar 200-an KK[5]
secara merata mendapat lahan pemukiman seluas 14 Bata (I bata = 1x14 M atau 2x7
M) untuk setiap KK. Mereka berharap mendapat keamanan di wilayah yang baru ini (Supaya
aman; Malar Aman). Setelah para gerombolan itu pergi,
warga yang mengungsi ke Santana kembali lagi ke atas, namun bukan di tempat
yang dulu yaitu Cigowong, melainkan di kampung Palutungan.
Pada tahun berikutnya, tepatnya tahun 1980, Cisantana sudah
menjadi desa sendiri yang dipimpin oleh kepala desa yang bernama Emon Sutono.
Pada saat inilah Cisantana berkembang, mulai dari pengaturan listrik,
pengairan, pembangunan dan perekonomian rakyat yang baik. Walaupun dulu saat
masih menjadi dusun, perekonomian warga sudah cukup baik dan, setelah menjadi
sebuah desa, kondisi perekonomiannya semakin meningkat.
Pada zaman dulu, masyarakat menggunakan 12 buah diesel untuk
menghasilkan listrik. Pada tahun 1980 listrik masuk ke desa Cisantana. Sistem
pengairan menggunakan pipa karet, kemudian beralih menggunakan pipa paralon,
terus berkembang hingga sekarang menggunakan pipa besi. Dulu jalan masih berupa
tanah dan bebatuan namun pada tahun 1981 mulai diaspal.
C. Mengenal Lebih Dalam Sosial Budaya
di Cisantana
Cisantana merupakan desa yang memiliki keberagaman agama. Menurut
paparan Pak Hilman[6]
bahwa warga di desa ini menganut 4 agama, ada yang menganut agama Islam,
Kristen, Katholik dan Penghayat. Keberagaman agama tersebut tidak mengakibatkan
konflik antar warga. Mereka hidup rukun dalam kehidupan sehari-harinya.
Menurut data dari profil desa, dari jumlah penduduk sebanyak
7.037 jiwa yang memeluk agama Islam jumlahnya ada 5.859 jiwa, yang menganut
agama Kristen ada 4 jiwa, yang menganut agama Katholik ada 1.122 jiwa dan
terakhir warga yang menganut Kepercayaan ada 52 jiwa. Adapun dari segi
pendidikan menurut data profil desa bahwa hanya ada 34 orang yang berusia 18-56
tahun tidak tamat SD dan 31 orang (usia
18-56 tahun) tidak pernah sekolah dari jumlah penduduk 7.037 jiwa.
Selanjutnya
mengenai jenis pekerjaannya dimana menurut data dari profil desa ada 19 jenis
mata pencaharian warga desa ini. Yaitu sebagaimana yang terdapat di tabel
dibawah ini.
No
|
Jenis
Pekerjaan
|
Laki-laki
(orang)
|
Perempuan
(orang)
|
Jumlah
(orang)
|
1.
|
Petani
|
390
|
112
|
502
|
2.
|
Buruh Tani
|
290
|
365
|
655
|
3.
|
PNS
|
62
|
43
|
105
|
4.
|
Pengrajin
|
9
|
62
|
71
|
5.
|
Pedagang
|
102
|
84
|
186
|
6.
|
Peternak
|
1425
|
-
|
1425
|
7.
|
Montir
|
4
|
-
|
4
|
8.
|
Tukang Kayu
|
22
|
-
|
22
|
9.
|
Tukang Batu
|
18
|
-
|
18
|
10.
|
TNI
|
8
|
-
|
18
|
11.
|
Polri
|
5
|
-
|
5
|
12.
|
Pensiunan
PNS/TNI/POLRI
|
67
|
19
|
86
|
13.
|
Pengusaha Kecil
Menengah
|
7
|
5
|
86
|
14.
|
Pengacara
|
-
|
-
|
-
|
15.
|
Notaris
|
-
|
-
|
-
|
16.
|
Dosen Swasta
|
4
|
-
|
4
|
17.
|
Guru Swasta
|
29
|
22
|
51
|
18.
|
Seniman
|
5
|
3
|
8
|
19.
|
Karyawan Swasta
|
265
|
182
|
447
|
|
Jumlah
|
2.712
|
897
|
3.609
|
Sumber: Profil Desa Cisantana
2012
Berbicara mengenai kebudayaan, desa Cisantana memiliki
kebudayaan yang tidak jauh berbeda dengan budaya yang ada desa-desa lain. Namun, ada satu adat istiadat yang
bernuansa budaya yang mencolok adalah upacara “seren taun” yang diadakan tiap
tahun. Mayoritas yang melaksanakan upacara itu utamanya adalah warga Katholik dan
penganut kepercayaan Sunda Wiwitan, sedangkan sebagian besar umat Islam sendiri
menganggap upacara seren taun adalah upacara khusus untuk mereka (warga Sunda Wiwitan). Jadi, warga tidak melihat nilai
budayanya, yang dilihat bahwa upacara seren taun itu merupakan ritual
adat istiadat Sunda Wiwitan.
Sejak periode pemerintahan Gus Dur sampai sekarang, acara seren taun
menjadi event nasional. Acara seren
taun sendiri dipandang oleh para pelakunya sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas hasil tani yang dilaksanakan setiap tahun, yaitu tiap tanggal 22 raya
Agung.[7] Dengan
adanya keberagaman
agama tidak menjadikan warga berkonflik karena kebanyakan dari warga Cisantana ini masih
satu turunan.[8]
Gereja untuk umat Katholik di Cisantana bernama “Gereja
Putri Sejati”, dibawah bimbingan yayasan Salib Suci, sama dengan gereja yang
berada di kelurahan Cigugur. Persatuan
adat istiadat semakin hari kian berubah. Misalnya, dulu ketika peringatan hari raya
Idul Fitri, umat non-muslim mengirim makanan kepada warga muslim, jadi saat
lebaran, umat non-muslim juga ikut lebaran. Begitupun sebaliknya, ketika acara
natalan, warga muslim akan memberikan makanan kepada orang non-muslim. Namun, dalam lima tahun terakhir,
tradisi mengirim makanan pada saat peringatan hari besar agama sudah hilang.
Pada saat peringatan hari besar, warga sekarang hanya sebatas mengucapkan selamat kepada warga
yang merayakan.[9]
Berbicara masalah adat, hubungan antar agama dalam hal berdoa
juga sudah banyak berubah. Dahulu, kalau ada orang muslim meninggal dunia, umat
Katholik atau non-muslim juga akan ikut berdoa, hanya saja warga muslim di
dalam rumah dan warga non-muslim di luar, hanya sebatas menyaksikan atau
mendengarkan. Saat ini budaya itu sudah berubah, berdoa hanya dilakukan berdasarkan agama
yang memiliki hajat. Kalau masalah makanan, masyarakat Cisantana sudah memiliki
konsensus bahwa ketika ada hajatan, maka makanan yang disajikan harus halal.
Hal ini sudah menjadi kesepakatan bersama antara warga, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan aparat pemerintahan.[10]
Berbicara masalah kegiatan gotong-royong warga Cisantana,
sampai saat ini masih berjalan dengan bagus. Untuk membangun rumah maupun
tempat peribadatan, mereka bahu membahu saling membantu. Peringatan keagamaan,
misalnya 1 Muharram dan Maulid Nabi, peringatannya berupa pengajian atau
majelis ta’lim plus lomba-lomba keagamaan. Selanjutnya, Pardiman, sesepuh
agama Katholik, seseorang yang pernah menjabat sebagai rurah/ketua dusun di desa
Cisantana mengatakan bahwa masyarakat
desa Cisantana ini saling membantu, menghormati, gotong royong, walaupun
berbeda agama.
Adapun mengenai lembaga pendidikan
di desa ini cukup beragam, mulai dari formal dan non-formal. Untuk yang formal mulai dari TK
sampai SMA.
Untuk yang non-formal ada TPA, PAUD dan
Pondok Pesantren.
Hal itu seperti yang
tertuang dalam
tabel di bawah ini.
Pendidikan Formal Umum di Desa Cisantana Tahun 2013
Tingkat
pendidikan
|
Jumlah
|
Tenaga
Pengajar
|
TK/Sederajat
|
2
|
8
|
SD/Sederajat
|
4
|
71
|
SLTP/Sederajat
|
1
|
15
|
SLTA/Sederajat
|
-
|
|
Perguruan
tinggi
|
-
|
|
Sumber: Profil
Desa Cisantana 2012
Pendidikan Formal Keagamaan di Desa Cisantana Tahun 2013
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
|
Tenaga
Pengajar
|
Raudhatul Athfal (RA)
|
6
|
18
|
Madrasah Diniyah
|
4
|
16
|
Madrasah Tsanawiyah
|
-
|
|
Sumber: Profil
Desa Cisantana 2012
Pendidikan Non-Formal/kursus di Desa Cisantana tahun 2013
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
|
Tenaga
Pengajar
|
Kursus Komputer
|
-
|
-
|
Kursus Bahasa
|
-
|
-
|
PAUD
|
3
|
14
|
TPA
|
1
|
4
|
Sumber: Profil
desa Cisantana 2012
Selanjutnya tempat ibadah di desa ini cukup banyak juga
terutama untuk kaum muslimin. Masjid ada 6 dan mushola ada 12. Sedangkan kaum Katholik hanya memiliki satu gereja dan
sebuah tempat sakral bernama
Gua Maria yang sudah menjadi tempat rekreasi juga.
Untuk kegiatan ibu-ibu pun cukup
padat, setiap harinya ada pengajian di mushola dan masjid. Sistemnya bergilir
dari dusun yang satu ke dusun yang lain. Tiap tahun selalu ada kegiatan
peringatan hari besar Islam bagi warga Islam. Ada peringatan seren taun untuk
agama non-Islam, bahkan banyak orang Islam yang mengikuti acara tersebut. Selain mengadakan kegiatan hari besar
Islam, masyarakat
juga mengaktifkan kegiatan olahraga. Misalnya, walaupun belum
memiliki lapangan sepak bola, masyarakat memiliki lapangan olah raga
lainnya, yaitu lapangan
volley.
D. Kinerja Aparat Pemerintah Desa
Jika memperhatikan pola organisasi, desa Cisantana sudah
menggunakan model baru yang sudah memiliki lembaga penyeimbang kepala desa, yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Dengan adanya BPD pemerintahan desa diharapkan akan semakin demokratis karena
BPD merupakan perwakilan dari masyarakat untuk mengajukan aspirasi dari
masyarakat.
Tugas
Kepala Desa adalah melayani masyarakat, memimpin pemerintahan dan menyelenggarakan pembangunan. Pembangunan itu mencakup perbaikan infrastruktur
berupa jalan dan
memperbaiki saluran air. Sedangkan berkaitan dengan masyarakat adalah membina
jami’yah,
kerja sama dengan MUI yang merupakan tugas dari kaur kesra.[11] Berikut
data perangkat desa Cisantana periode 2014-2019.
Jabatan
|
Nama
|
Pendidikan
|
Kepala Desa
|
Murad S.Ag.
|
S1
|
Sekertaris Desa
|
A. Suyud S.Ag.
|
S1
|
Kaur Umum
|
Unah
|
SLTA
|
Kaur Ekbang
|
F.X. Sarman
|
SLTA
|
Kaur Kesra
|
Hilman Tholib M.
|
SLTP
|
Kadus Cisantana
|
Dede Nursamsu
|
SLTA
|
Kadus Malar Aman
|
Wawan Hermawan
|
SLTP
|
Kadus Palutungan
|
Endun Abdullah
|
SLTP
|
Kadus Dano
|
Heri Herdiana
|
SLTP
|
Kadus Sukamanah
|
Aris Munajat
|
SLTA
|
Tabel 6
Adapun anggota BPD ada 11 orang dipilih secara langsung oleh
ketua BPD. Ketua
BPD periode sekarang adalah
Abidin (pemborong
bangunan).
Menurut salah seorang warga, untuk
tahun sekarang belum kelihatan perannya dibandingkan dengan ketua BPD sebelumnya, yaitu Hakim. Anggota
BPD kebanyakan pekerjaannya
adalah PNS, padahal mayoritas warga berprofesi sebagai petani dan peternak. Oleh karena itu, bisa jadi PNS
yang menjadi anggota BPD tidak benar-benar tahu apa yang menjadi masalah pokok para
petani dan peternak.
“Tugas BPD adalah menyampaikan aspirasi masyarakat, membahas
APBDes bersama aparatur desa, merancang UU desa (legislator), mengesahkan
APBDes, pengawasan kinerja pemerintah desa, bekerja sama dengan kelompok
penggerak pariwisata, dan pembangunan. Rapat yang diadakan BPD minimal 2 kali
dalam satu tahun. BPD menampung aspirasi masyarakat kemudian disalurkan kepada
pemerintah desa dalam rapat”.[12] Jika
ada hal-hal yang harus dibicarakan, anggota BPD akan mengadakan rapat yang biasanya
mengambil tempat di Madrasah dan sebagainya. Dana APBDes digunakan untuk
pembangunan desa dan bantuan sosial, seperti bantuan kepada anak yatim dan
tidak mampu.
Cisantana termasuk desa yang mendapat dana dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pedesaan. Dusun Sukamanah mendapat jatah 100
juta, Dano 50 juta, Santana 100 juta, Malar Aman 50 juta dan Palutungan tidak
disebutkan berapa nominalnya.[13] Dana
tersebut digunakan untuk perbaikan jalan gang-gang, bantuan sosial untuk anak
yatim piatu dan program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). PNPM memberi
pinjaman pada pedagang kecil. Anehnya, hanya pedagang saja yang diberi
pinjaman, sedangkan yang
lainnya tidak mendapat pinjaman. Ketua PNPM periode sekarang adalah Dede Nursamsu (rurah dusun Santana).
PKK memiliki program kerja tiap satu bulan sekali dengan mengadakan
penimbangan bayi dan imunisasi yang diselenggarakan di posyandu.[14] Program
posyandu yakni pemberian imunisasi yang dilakukan tiap tanggal 18. Bayi diberi
imunisasi vitamin A, hepatitis, polio, dan lainnya. Selain imunisasi itu, tidak
ada kegiatan lain yang dilakukan oleh kader-kader PKK.[15]
E.
Kekayaan
Alam Cisantana
|
Air yang digunakan masyarakat Cisantana
berasal dari mata air gunung yang bermuara di beberapa
mata air. Ada yang mengambil dari mata air Cibunian, yang bertempat di kawasan
Bumi Perkemahan (Buper) dan ada juga mata air dari Depok, serta dari mata air Makulisi. Khusus untuk warga Ciputri sumber airnya dari mata air
Ciputri. Sumber mata air tersebut dimanfaatkan oleh warga, baik untuk kebutuhan
sehari-hari maupun untuk pengairan ladang. Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai merupakan pengelola air yang penggunaannya masih
manual, menggunakan pipa besar dari sumber mata air yang dialirkan ke tuk
(tempat penampungan air). Selanjutnya, dari tuk itu, warga menggunakan selang-selang untuk dialirkan ke rumah mereka.[16]
Warga harus membayar retribusi sebesar Rp. 10.000,- perbulan, yang dialokasikan
untuk pembayaran jasa yang memperbaiki selang dan mengontrol pipa utama.[17]
2.
Pesona Desa Cisantana
Desa Cisantana memiliki 2 tempat pariwisata, yaitu curug
Ciputri dengan bumi perkemahannya dan Gua Maria. Keduanya merupakan tempat yang
sering dikunjungi oleh banyak orang, terutama di hari libur. Menurut keterangan
Nana dan Wawan Hermawan (rurah dusun Malar Aman) bahwasanya
untuk tempat pariwisata Curug Ciputri ini dikelola oleh CV Mustika Putri selaku
mitra usaha TNGC[18] yang tentunya sebagian besar pendapatan akan masuk ke
perusahaan itu.
Memang perusahaan
juga memberikan pemasukan kepada
masyarakat. Awalnya hanya memberikan pemasukan terhadap masyarakat Palutungan saja, namun mulai saat ini
memberikan pemasukan kepada
seluruh dusun yang ada di desa ini. CV Mustika Putri memberikan uang sebesar
100 juta. Dari sejumlah
uang tersebut diberikan
kepada warga Palutungan sebesar 30%, sisanya untuk dusun yang lain. pembagian
itu berdasarkan fakta bahwa warga Palutungan lah yang pertama kali terkena dampak dari adanya CV
tersebut. Uang yang diberikan kepada warga tersebut kebanyakan dibelikan hewan
ternak yang selanjutnya dikelola oleh warga. Hasil dari pengelolaan dibagi dua,
sebagian untuk warga dan sebagian kembali lagi kepada desa.
Selanjutnya pengelolaan bergilir kepada warga lainnya yang membutuhkan dan mampu untuk mengolahnya dan demikian seterusnya.
Selanjutnya, Gua Maria Fatima Sawer Rahmat terletak di lereng sebelah timur gunung
Ciremai dengan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Sawer berarti
curahan/pemberian. Jadi, Sawer Rahmat berarti rahmat yang
dicurahkan.
Selanjutnya, karena gua Maria ini terletak di bukit Totombok, maka banyak pula yang
menyebutnya gua Totombok. Berdasarkan wilayah gerejawi, Gua Maria ini terletak
di dekat Gereja Maria Putri Murni Sejati Cisantana, yang berada di bawah paroki Kristus Raja-
Cigugur Kuningan, Jawa Barat. [19]
3. Pertanian
Cisantana
memiliki sumber daya alam yang melimpah karena letak geografisnya yang berada di lereng gunung
Ciremai sehingga memungkinkan
kondisi tanahnya kaya akan unsur hara. Hasil pertanian yang melimpah dari
Cisantana terdiri dari (a) bawang daun, (b) padi, (c) tomat, (d) wortel, (e) kol, (f) kentang, (g) kucai dan (h) sawi.
Komoditas pertanian yang menjadi andalan masyarakat
Cisantana adalah kentang dan kol. Peralihan petani menanam bawang daun sebagai
tanaman favorit dimulai tahun 1988. Bertani bawang daun memiliki beberapa keunggulan dan
kekurangan, yaitu:
masa panen yang cepat (60-70 hari) tetapi setelah panen harus cepat terjual.
Hasil panen harus terjual dalam 24 jam karena ketika itu terlewati maka hasil
panen bawang daun menjadi rusak. Kondisi ini memaksa para petani menjual hasil
panen mereka walaupun dengan harga murah. Selain itu, operasional produksi membutuhkan
biaya tinggi[20]
mulai dari biaya pupuk
hingga pestisida. Akumulasi biaya produksi hanya menyisakan sedikit untuk petani. Kondisi ini kerapkali
menimbulkan masalah dalam komoditas
bawang daun. Mulai
dari anjloknya harga pasca panen, sulitnya membasmi hama dan tingginya konsumsi
pupuk.[21]
4.
Peternakan
Selain
potensi pertanian, Cisantana juga terkenal dengan peternakan sapi. Maka tidak
mengherankan jika sebagian besar warganya berprofesi sebagai peternak sapi.
Jumlah peternak sapi perah yang ada di Cisantana yang tercatat sampai tahun
2013 sebanyak 1.425 orang.
|
Seperti yang diungkapkan oleh pak Momon, dari tiap satu ekor sapi yang dimilikinya, ia hanya bisa menghasilan pemasukan yang pas-pasan saja bahkan seringkali tombok.[23] Pengeluaran untuk pakan perhari mencapai Rp.120.000, sedangkan rata-rata hasil susu perah sebanyak 20 liter per hari dengan harga jual ke koperasi sebesar Rp. 4.500 sehingga bisa diakumulasikan pendapatan peternak sapi perah dalam satu hari sebesar Rp. 90.000. Jumlah tersebut belum dikurangi biaya pakan yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga jual susu. Seperti yang bisa dilihat dalam tabel.
Item
|
Jumlah
|
Hasil
|
Hasil susu sapi perah 1 hari
|
Rp. 90.000,- (20
liter)
|
90.000,-
|
Pakan
|
Rp.
120.000,-
|
120.000,-
|
Rugi
|
|
40.000,-
|
Tabel
7
Salah satu alasan mereka mampu bertahan menjadi peternak
sapi adalah akan mendapatkan keuntungan dari sisa pakan sekitar Rp. 200.000,-
per bulan[24].
Keuntungan yang menurut mereka paling menjanjikan adalah dari anak sapi yang
dihasilkan. Anak sapi berumur 1-2 tahun dijual
dengan harga 2,5 juta. Sedangkan anak sapi yang berumur diatas 3 tahun dihargai
4 juta.[25] Namun untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan
kebutuhan pendidikan anak-anaknya, tidak sedikit dari mereka sambil bekerja sebagai
petani ataupun buruh bangunan. Dari hasil jerih payah mereka, anak-anak mereka mampu
melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan sekarang sudah memiliki
penghasilan. Sebagian besar anak-anak mereka tidak mengikuti jejak orangtua
sebagai peternak, kebanyakan tertarik dan memilih jurusan keperawatan.[26]
[1]
Wawancara dengan Pardiman, 11 Mei 2014.
[2]
Wawancara dengan Rohman, 11 Mei 2014.
[4]
Wawancara dengan H. Kosim, Tokoh Masyarakat Malar Aman, 06 September 2012, (dalam Laila, dkk, Spiritualisme Petani, Tanpa Kota: Tidak
diterbitkan, 2012, hal. 3)
[5]
Ibid, Wawancara dengan Suhyadi, Tokoh
Masyarakat Malar Aman,
10 September 2012.
[6]Wawancara dengan Pak Hilman, 9 Mei 2014.
[7]
Laila, dkk, Deskripsi Singkat Dusun
Cisantana, Tanpa kota: Tidak diterbitkan, 2012, hal. 2.
[8]
Wawancara dengan Pardiman, 11 Mei 2014.
[9]
Laila, dkk, op. cit., hal. 2.
[10]
Laila, dkk, op.cit., hal. 3.
[11]
Wawancara
dengan Murod, 8 mei 2014.
[12]
Wawancara dengan Abdul Hakim, 10 Mei 2014.
[13]Wawancara dengan Icha, 8 Mei 2014.
[14]
Wawancara dengan Juju, 8 Mei 2014.
[15]
Wawancara
dengan Titi, 8 Mei 2014.
[17] Wawancara dengan Icha, 8 Mei 2014.
[18]
http://eprints.undip.ac.id/40669/1/035-Silvia_Lucyanti.pdf diakses pada tanggal 20 Agustus 2014.
[19]
http://www.manunggaltour.20m.com/file/paket%20wisata%20rohani.HTML, diakses pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 09:23.
[20]
Akan
dipaparkan lebih detail pada bab II.
[22]
Wawancara dengan Icha, 8 Mei 2014.
[23]
Wawancara dengan Momon, 10 mei 2014.
[24]
Laila,
dkk, op. cit., hal. 5.
[26]
Laila, dkk, op. cit., hal. 5.
ok bagus jga.... saya orang sukamanah salam kenal....
BalasHapusmakasih.:) salam kenal juga.
Hapusijin share gan, untuk bahan PKL
BalasHapusmangga. semoga bermanfaat.
HapusGood Good. Salam Blogger , Saya Orang Malar Aman.
BalasHapusmakasih. :) salam blogger juga.
HapusSalam kenal, sy Arifin, warga kota Cirebon ingin mengetahui lebih dalam tentang peternakan sapi perah dan penggemukan. Sy berencana akan memulai usaha kedai susu segar di Cirebon. Mhon bantuannya utk suplai susu sapi murni-nya. Terimakasih.
BalasHapussalam kenal juga Arifin. untuk informasi lebih lanjut mengenai suplai susu sapi murni bisa mendatangi koperasi yang ada di kecamatan cigugur, seperti koperasi larasati atau koperasi karya nugraha.
Hapusmantap banget ini pengemasan informasinya super lengkap (y) salut....
BalasHapusmakasih. :)
HapusSalut sekali, data komplet. Mohon ijin share ya..
BalasHapuskak saya mengangkat iklat destinasi wisata curug landung untuk promosi potensi budaya kabuparten kuningan. Kakak punya logo desa cisantana ga?
BalasHapusHow To Make Money On Sports Betting
BalasHapusOnline sports betting is available https://febcasino.com/review/merit-casino/ for a whole host of US septcasino and European sports https://septcasino.com/review/merit-casino/ betting markets. Some US states, หาเงินออนไลน์ like Louisiana www.jtmhub.com and New Jersey, allow